Bagikan:

YOGYAKARTA – Perang yang terjadi di Sudan masih berlanjut sampai saat ini. Akibatnya, ratusan warga sipil dikabarkan meninggal dunia dan ribuan lainnya terpaksa mengungsi ke tempat aman. Dari situ timbulan pertanyaan tentang penyebab konflik di Sudan.

Penyebab Konflik di Sudan

Penyebab konflik Sudan bisa dirunut sejak tahun 2021. Pasalnya di tahuyn tersebut muncul kudeta atas pemerintahan yang sah. Kala itu Sudan diperintah oleh dewan jenderal, yang memiliki dua pimpinan petinggi militer yakni Jenderal Abdel Fattah al-Burhan yang mewakili angkatan bersenjata dan wakilnya Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo alias Hemedti yang mewakili paramiliter.

Jenderal Abdel Fattah al-Burhan adalah kepala angkatan bersenjata sekaligus presiden di negara tersebut. Sedangkan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo adalah wakil presiden sekaligus pemimpin Rapid Support Forces (RSF). Keduanya saling berbagi kekuasaan di Sudan.

Hingga pada akhirnya, kedua petinggi Sudan itu terlibat perselisian karena adanya wacana pengitegrasian pasukan RSF ke dalam tubuh tentara reguler Sudan. Integrasi ini kemudian memicu perselisihan hingga terjadi perang saudara yang sampai kini terjadi.

Sejarah Singkat Sudan

Secara umum Sudan adalah negara paling besar di Benua Afrika. Sudan mendapat kemerdekaannya pada tahun 1956. Sedangkan sebelumnya, yakni pada tahun 1820, Sudan diserang oleh raja Mesir yang berada di bawah Kekaisaran Ottoman yakni Muhammad Ali. Di akhir abad ke-19, Sudan diperintah di bawah kekuasaan Inggris-Mesir.

Konflik yang terjadi di Sudan setelah negara tersebut merdeka tercatat beberapa kali terjadi. Konflik tersebut terjadi antara pemimpin Sudan utara dan Sudan.

Pemimpin Sudan utara menginginkan adanya persatuan bangsa lewat perluasan hukum dan budaya Islam ke seluruh negara. Namun Sudan menentang wacana tersebut hingga terjadilah perang saudara dari 1955 hingga 1972. Buntutnya, muncul perjanjian Addis Abba yang disepakati tahun 1972. Sayangnya perjanjian tersebut hanya bersifat sementara. Sudan kembali konflik pada 1983. Konflik ini kemudian memicu perselisihan antara Sudan Utara dan Sudan Selatan hingga menjadi perang saudara Sudan kedua dari tahun 1983 hingga 2005.

Harus diketahui pula bahwa masyarakat di Sudan Utara dua pertiga warganya beragama Islam. Sedangkan di Sudan Selatan masyarakatnya kebanyakan menganut Kristen atau agama pribumi lainnya. Sedangkan pemimpin Sudan utara memang berupaya melakukan islamisasi terhadap sistem hukum sudan.  Kondisi ini yang kemudianbanyak dinilai sebagai salah satu pemicu perselisihan saudara di Sudan, ditambah dengan kesenjangan ekonomi yang ada di Sudan.

Konflik tersebut kemudian diakhiri dengan diskusi dan gencatan senjata. Di tahun 2005 dibuatlah perjanjian damai untuk mengakhiri perang. Dalam perjanjian, Sudan Selatan mendapatkan status semi-otonom dan menetapkan referendum kemerdekaan bagi wilayah tersebut. Dari sinilah Sudan Selatan akhirnya memisahkan diri dan menjadi negara merdeka pada 9 Juli 2011.

Artinya, Sudan telah terbagi menjadi dua negara merdeka yang berdiri sendiri yakni Sudan Utara yang resmi disebut dengan Republik Sudan dengan Khartoum sebagai ibu kotanya, dan Sudan Selatan yang secara resmi dinamakan dengan Republik Sudan Selatan dengan beribukota di Juba.

Selain terkait penyebab konflik di Sudan, kunjungi VOI.ID untuk mendapatkan informasi menarik lainnya.