Sejarah Hari Ini, 15 April 1912: Kapal Titanic Tenggelam di Samudera Atlantik
JAKARTA – Sejarah hari ini 15 April 1912 mencatat kapal pesiar penumpang termewah dan terbesar di dunia saat itu, Titanic, tenggelam di Samudera Atlantik. Kapal milik Inggris yang saat itu melayani pelayaran perdana dengan 2.200 penumpang, tenggelam di perairan yang berjarak sekitar 643 km selatan Newfounland, Kanada akibat menabrak gunung es.
Dibuat di galangan kapal Harland and Wolff, Belfast, Titanic dirancang oleh William Pirrie, desainer kapal asal Irlandia. Kapal besar tersebut dimiliki oleh perusahaan pelayaran Inggris, White Star Line yang kini sudah dimerger dengan Cunard Line menjadi Cunard White Star Line.
Titanic dibuat selama tiga tahun, mulai 31 Maret 1909 hingga 2 April 1912, sebelum akhirnya resmi melaut pada 10 April 1912. Jika dihargai dengan nilai uang zaman sekarang, biaya pembuatan Titanic mencapai sekitar Rp27,5 triliun! Diukur dari haluan hingga buritan, Titanic memiliki panjang 269,138 meter. Berat total kapal mencapai 53,3 ribu ton.
Lambung Titanic dibagi menjadi 16 kompartemen yang diklaim kedap air, sehingga kapal ini digadang-gadang tak dapat tenggelam. Hari penantian pun tiba, Titanic berangkat dari Pelabuhan Southampton, Inggris menuju New York di Amerika Serikat.
Penumpangnya terdiri dari banyak pesohor dan tokoh-tokoh terkenal, seperti: John Jacob Astor IV (miliarder AS), Benjamin Guggenheim (miliarder pengusaha pertambangan asal AS), Dorothy Gibsons (aktris), Francis Davis Millet (pelukis dan pematung), hingga wartawan terkenal asal Inggris, William Thomas Stead.
Pemilik Titanic, pialang saham J.P. Morgan sebenarnya dijadwalkan ikut berlayar namun dibatalkan di saat akhir. Titanic sempat singgah di Cherbourg, Prancis dan Queenstown, Irlandia untuk mengambil penumpang terakhir sebelum menuju Samudera Atlantik yang ganas.
Menabrak Gunung Es
Semua klaim kedigdayaan Titanic ternyata bualan belaka. Pada 14 April 1912 malam, Kapten Edward Smith sang nakhoda gagal mengantisipasi sebuah gunung es yang menghadang di lintasan kapal. Kapal besar itu menyerempet gunung es, yang menyebabkan lima kompartemen di lambungnya bocor.
Lantaran setiap kompartemen saling berhubungan, air laut pun memenuhi setiap bagian yang bocor di lambung kapal. Hingga akhirnya kapal tak kuat menahan volume air yang masuk ke lambungnya, Titanic pun pecah menjadi dua. Pada 15 April 1912 pukul 02.20 waktu setempat, Titanic dinyatakan tenggelam.
Selain ketidakwaspadaan terhadap bahaya, satu hal yang membuat tragedi Titanic menjadi sangat dahsyat adalah ketiadaan sekoci yang mencukupi. Kekurangan sekoci membuat banyak penumpang yang akhirnya harus tercebur ke laut, mengalami hipotermia hebat, sebelum akhirnya meninggal. Kecelakaan maut di laut pada awal abad ke-20 itu merenggut 1.500 nyawa. Kebanyakan dari 700 penumpang yang selamat adalah perempuan dan anak-anak.
“Pengadilan menemukan alasan yang tercantum dalam lampiran, bahwa penyebab Titanic tenggelam adalah karena menabrak gunung es, yang diperparah oleh kecepatan kapal yang melewati batas saat berlayar dalam situasi saat itu (berkabut),” begitu tertulis dalam laporan British Wreck Commisioner’s Inquiry: Report on The Lost of the Titanic.
Bencana Titanic berdampak pada pengesahan beberapa aturan baru tentang pelayaran. Konvensi Internasional pertama soal Keselamatan Jiwa di Laut digelar pada 1913. Peraturan soal kapasitas sekoci yang sama dengan jumlah penumpang juga diadopsi, latihan penanganan kondisi darurat saat pelayaran juga diberikan kepada penumpang. Patroli es untuk mengamankan jalur pelayaran di Atlantik Utara diadakan, dan radio kapal diharuskan siaga 24 jam untuk memantau situasi darurat.
Sebuah ekspedisi gabungan Prancis-AS pada 1 September 1985 menemukan bahwa bangkai Titanic tergeletak di kedalaman 13.000 kaki, atau hampir 4 Km di dasar samudera.