16 Januari dalam Sejarah: Adolf Hitler Bersembunyi di Bunker hingga Akhir Hayatnya
JAKARTA - Pada 16 Januari 1945, Pemimpin Nazi yang kejam, Adolf Hitler, memutuskan untuk pergi ke bunker bawah tanahnya, di mana dia tinggal selama 105 hari sampai dia mengembuskan napas terakhirnya karena bunuh diri. Hitler menuju bunkernya setelah memutuskan untuk tetap berada di Berlin saat ada pengepungan besar-besaran.
Mengutip History, Sabtu 16 Januari 2021, bunker tersebut terletak di 16 meter di bawah tanah markas besar Hitler, tempat penampungan berisikan 18 kamar kecil dengan pasokan air dan listrik sendiri.
Hitler jarang bepergian dan menghabiskan sebagian besar waktunya mengatur apa yang tersisa dari pertahanan Jerman dan menghibur rekan-rekan Nazi-nya seperti Hermann Goering, Heinrich Himmler dan Joachim von Ribbentrop. Secara konstan di sisinya selama ini adalah pasangannya Eva Braun dan orang yang mengabdi dengannya, Blondi.
Pada 29 April 1945, Hitler memutuskan untuk menikahi Eva Braun di bunker itu. Eva Braun bertemu Hitler saat bekerja sebagai asisten fotografer resmi Hitler. Braun menghabiskan waktunya bersama Hitler di luar pandangan publik, menghibur dirinya dengan bermain ski dan berenang. Dia tidak memiliki pengaruh besar pada karier politik Hitler, tetapi memberikan kehidupan rumah tangga singkat pada sang diktator. Setia sampai akhir, dia menolak untuk meninggalkan bunker bahkan ketika Rusia mendekat.
Bunuh Diri Bersama
Ketika disarankan untuk melarikan diri karena Rusia yang semakin mendekat, Hitler memiliki rencana lain. Hitler mengucapkan selamat tinggal kepada para pelayannya dan meracuni anjingnya. Bensin untuk kremasinya telah disiapkan. Dia menggunakan pistolnya untuk meregang nyama, sementara Eva Braun menelan kapsul sianida.
Mengutip Washington Post, saat itu Hitler mengenakan jaket seragam Nazi dan celana panjang hitamnya. Sementara Braun mengenakan gaun biru dengan potongan putih. Mereka menutup pintu dan duduk bersampingan di sebuah sofa kecil. Mereka baru menikah satu setengah hari.
Baca juga:
Tidak ada suara yang terdengar setelahnya, menurut sejarawan Ian Kershaw. Sementara di atas permukaan tanah, Berlin sedang diratakan oleh artileri Rusia, karena bencana epik yang dilancarkan Hitler enam tahun sebelumnya.
Sepuluh menit berlalu. Kemudian, pelayan Hitler, SS Heinz Linge, yang telah bersama Hitler selama satu dekade, mencium bau senjata yang baru dipelatukan. Dia berhenti. “Segala sesuatu dalam diri saya menolak membuka pintu,” katanya.
Hitler dan Braun meninggal. Hitler meninggal dalam keadaan memiliki peluru di pelipis kanannya. Sedangkan Braun berbau sianida, seperti almond pahit. "Wajahnya yang berkerut menunjukkan bagaimana dia meninggal," ujar Linge.
Mimpi buruk akhirnya berakhir. Orang yang telah menjerumuskan Eropa ke dalam Perang Dunia II dan menyebarkan kesengsaraan dan kehancuran yang tak terhitung ke seluruh benua, telah meninggal.