Tuntut Washington Berhenti Lakukan Provokasi, China: AS akan Memikul Tanggung Jawab Penuh
JAKARTA - Angkatan Bersenjata Amerika Serikat harus berhenti memprovokasi Cina di Laut China Selatan, jika tidak, mereka akan bertanggung jawab atas segala potensi insiden, Juru Bicara Kementerian Pertahanan China Tan Kefei memperingatkan pada Hari Kamis.
Komentar tersebut merupakan tanggapan Tan terhadap kapal Angkatan Laut AS, yang diduga berlayar di dekat Kepulauan Paracel yang dikuasai China di Laut China Selatan.
"Kami dengan tegas menuntut agar Amerika Serikat segera menghentikan provokasi semacam itu, jika tidak, Amerika Serikat akan memikul tanggung jawab penuh atas semua konsekuensi serius yang ditimbulkannya," demikian Kementerian Pertahanan China mengutip pernyataan Tan di WeChat, melansir TASS 30 Maret.
"Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA) akan mengambil semua langkah yang diperlukan, untuk melindungi kedaulatan dan keamanan nasional dan dengan tegas akan mempertahankan perdamaian dan stabilitas di Laut Cina Selatan," tegas Tan meyakinkan.
Sebelumnya, kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke, USS Milius, melintas di dekat Kepulauan Paracel pada Hari Jumat lalu. Para petinggi China mengklaim bahwa kapal perang AS melakukan hal tersebut tanpa izin dari Pemerintah China dan telah melanggar kedaulatan China.
Di sisi lain, Armada ke-7 AS menjawab dengan mengatakan dalam sebuah rilis berita, kapal perusak AS telah bertindak sesuai dengan hukum internasional, ketika melakukan operasi kebebasan navigasi (FONOP).
Baca juga:
- Kritik Kesepakatan Kapal Selam Nuklir AS-Inggris-Australia Bisa Picu Perlombaan Senjata, China: Mentalitas Perang Dingin
- Intelijen Rusia Tahan Wartawan Surat Kabar AS Terkait Dugaan Aktivitas Mata-Mata Pengumpulan Rahasia Negara
- Kapal Feri Terbakar saat Penumpang Terlelap: 29 Orang Tewas, Termasuk Anak-anak dan Bayi Enam Bulan
- Jerman Kirim Bantuan Rp196 Triliun untuk Ukraina Beli Persenjataan
Beijing sendiri diketahui telah memperdebatkan yurisdiksi teritorial beberapa pulau di Laut China Selatan, di mana cadangan hidrokarbon yang besar ditemukan dengan Brunei, Vietnam, Malaysia. Wilayah yang paling banyak disengketakan adalah Kepulauan Xisha, yang juga dikenal sebagai Kepulauan Paracel, Kepulauan Nansha atau Spratly dan Pulau Huangyan (Scarborough Reef).