JAKARTA - Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan Barat ingin memperluas konflik di Ukraina ke kawasan Asia-Pasifik, lapor media pemerintah, mengutip komentar menteri dalam forum pertahanan di Beijing, China pada Hari Senin.
Berbicara di Forum Xiangshan, Menteri Shoigu mengatakan NATO menutupi penumpukan kekuatan di kawasan Asia-Pasifik dengan "keinginan besar untuk berdialog," lapor kantor berita TASS.
Shoigu mengatakan negara-negara NATO mempromosikan perlombaan senjata di wilayah Asia-Pasifik, meningkatkan kehadiran militer dan frekuensi serta skala latihan militer di sana.
Pasukan AS akan menggunakan pertukaran informasi dengan Tokyo dan Seoul mengenai peluncuran rudal untuk menggentarkan Rusia dan Tiongkok, kata Shoigu.
Tak hanya itu, dia juga menuduh Washington mencoba menggunakan perubahan iklim dan bencana alam sebagai alasan untuk melakukan "intervensi kemanusiaan".
Lebih jauh ia mengatakan, munculnya blok keamanan seperti Quad dan AUKUS melemahkan peran Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan upaya non-proliferasi nuklir di wilayah tersebut.
Pada saat yang sama, katanya, langkah Rusia untuk mencabut ratifikasi Perjanjian Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif, tidak berarti akhir dari perjanjian tersebut, dengan Rusia tidak menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir.
"Kami hanya berusaha memulihkan keseimbangan dengan Amerika Serikat, yang belum meratifikasi perjanjian ini," ujar Shoigu, mengutip Reuters dari RIA 30 Oktober.
"Kami tidak membicarakan kehancurannya," lanjutnya.
BACA JUGA:
Shoigu mengatakan, Moskow siap untuk melakukan pembicaraan mengenai penyelesaian krisis Ukraina pasca-konflik mengenai hidup berdampingan lebih lanjut dengan Barat, namun negara-negara Barat harus berhenti dari usaha mengalahkan Rusia secara strategis.
Menjelaskan kondisi untuk perundingan tersebut belum ada, Shoigu mengatakan: "Penting juga untuk memastikan hubungan yang setara antara semua negara nuklir dan anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yang memikul tanggung jawab khusus untuk menegakkan perdamaian dan stabilitas global."