Grup Salim Masuk, Bumi Resources Milik Bakrie Cetak Rekor Pendapatan hingga Rp128,7 Triliun
JAKARTA - PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mencatat laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD525,3 juta atau Rp7,93 triliun (kurs Rp15.092 per dolar AS) sepanjang 2022. Besaran tersebut meningkat 213 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar USD168 juta atau Rp2,54 triliun.
Mengutip keterbukaan informasi BEI, Rabu, 29 Maret, perusahaan entitas Grup Bakrie ini mencatat pendapatan sebesar 8,53 miliar dolar AS setara Rp128,73 triliun atau naik 57 persen dari tahun sebelumnya 5,42 miliar dolar AS setara Rp81,8 triliun.
Pendapatan tersebut sudah termasuk laporan konsolidasi PT Kaltim Prima Coal (KPC) yang membuat mencetak rekor untuk pendapatan tertingginya.
Sementara itu, marjin laba meningkat sebesar 24 persen dari sebelumnya 20,5 persen. Adapun laba sebelum pajak juga meningkat 89 persen menjadi 1,86 miliar dolar AS dari tahun sebelumnya di USD987,3 juta dolar AS.
Selaras dengan itu, beban pokok penjualan juga meningkat 52 persen pada 2022. Dari 4,04 miliar juta dolar AS pada 2021, menjadi 6,13 miliar dolar AS pada 2022.
Secara operasional, BUMI mencatat volume penjualan batu bara hingga 69,4 MT pada 2022. Besaran tersebut turun 12 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 79 MT.
Adapun rincian volume batu bara tersebut adalah penjualan oleh KPC sebesar 48,2 MT atau turun 15 persen. Seangkan, penjualan batu bara oleh Arutmin sebesar 21,2 MT atau turun 4 persen secara tahunan.
Dalam penambangan, BUMI selama 2022 telah menambang sekira 71,9 MT. Besaran tersebut turun 8,76 persen dibandingkan 2021 seebesar 78,7 MT.
Baca juga:
Bila dirinci kembali, penambangan dari KPC turun 9 persen dan dari Arutmin turun 3 persen. Penyebab utama adalah La Nina yang membuat hujan terus-menerus sepanjang tahun yang mempengaruhi output.
Meski demikian, realisasi harga batu bara melejit 80% menjadi 121 dolar AS per ton dari 67,4 dolar AS per ton. Biaya produksi meningkat menjadi 46,9 dolar AS per ton dari 37,1 dolar AS per ton, karena tingginya harga minyak dan rasio pengupasan (stripping ratio).
Seperti diketahui, utang yang belum dibayar telah dilunasi dengan konversi MCB/OWK menjadi saham dan Penerbitan Saham melalui PMTHMETD senilai 1,6 miliar dolar AS setara 200 miliar saham seharga Rp 120 per saham pada 22 Oktober. Grup Salim menjadi pemegang saham pengendali bersama dengan Bakrie.