Kisah 'Badak Hitam', Mantan Lawan Mike Tyson yang Menjadi Pelukis di Penjara

JAKARTA – Clifford Etienne dikenal sebagai petinju yang dikalahkan Mike Tyson untuk memperoleh kemenangan terakhir dalam karier profesional sang legenda.

Iron Mike sedang berada di titik terendah pada tahun 2003, saat ia naik ring di Memphis untuk melawan Clifford. Badak Hitam, julukan Clifford, mungkin merupakan salah lawan teraneh Tyson dalam perjalanan kariernya yang seperti kereta luncur.

Pada saat itu, Tyson mencetak kemenangan knock out (KO) hanya dalam waktu 49 detik. Itu adalah kemenangan terakhir Tyson di ring sebelum memutuskan pensiun setelah kalah dari Danny Williams (2004) dan Kevin McBride (2005) di dua laga setelahnya.

Mike Tyson terperosok ke dalam kebangkrutan setelah itu sebelum bangkit berkat ladang ganja miliknya, penampilan di Hollywood, dan duel melawan Roy Jones Jr pada tahun 2020.

Titik terendah rupanya juga dialami Clifford setelah namanya melambung karena melawan Tyson. Sosok yang kini berusia 53 tahun itu terpuruk lantaran harus menjalani hukuman penjara 105 tahun di Louisiana.

Ia masuk ke hotel prodeo setelah terlibat aksi perampokan bersenjata, penculikan, dan percobaan pembunuhan terhadap seorang polisi. Konsekuensinya ia pun divonis pada tahun 2006 dengan hukuman seberat itu.

Meski demikian, Si Badak Hitam kini telah menemukan semangat hidup baru di dalam penjara. Mantan petinju kelas berat, yang pensiun dengan rekor 29 kali menang, dua kali seri, dan empat kali kalah, itu mulai menekuni kecintaannya pada seni lukis di sela waktu luang di balik jeruji.

Ini diungkap Lynn O'Shea yang menangani urusan bisnis Etienne. Dia menceritakan kepada TMZ bagaimana seni telah menyelamatkan hidup Clifford di balik jeruji besi.

"Dia luar biasa. Dia menekuni seni lukis dengan serius di dalam penjara dan setelah dia mendapatkan status wali, dia benar-benar dapat menjadi seniman sipir dan tidur di ruang lukisnya," ujar O'Shea dilansir The Sun.

"Hal itu menjauhkannya dari semua drama dalam gen pop. Kota New Orleans membeli satu lukisannya yang kemudian digantung di kantor polisi distrik, jika Anda bisa mempercayainya," ia menambahkan.

Namun, kehidupan tidak selalu menjadi gambaran yang indah bagi sang seniman di penjara. Pada tahun 2015, ia dipindahkan ke penjara baru setelah ia diserang dan hampir dibunuh di ruang lukisnya.

"Segalanya melambat setelah serangan itu. Dia biasanya membuat semua kanvas dan barang-barangnya sendiri untuk dilukis, tapi sekarang dia dikurung. Saya berharap beberapa teman dari masa lalunya sebagai petinju dapat membantunya," kata O'Shea.