Direktur CIA Nilai Perlombaan Teknologi AS-China Jadi Penentu Masa Depan Instansinya
JAKARTA - Direktur Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) William Burns menilai, masa depan instansi yang dipimpinnya ditentukan oleh perlombaan teknologi yang berlangsung antara AS dan China
Pernyataan Burns mengikuti rilis Penilaian Ancaman Tahunan Komunitas Intelijen AS, yang menunjuk China sebagai ancaman keamanan nasional terbesar yang dihadapi Amerika.
Laporan tersebut mengutip penggunaan taktik siber China yang kuat untuk mengawasi orang Amerika, keberhasilannya mencuri kekayaan intelektual dan kemampuannya untuk memperoleh teknologi asing.
"Saya pikir revolusi dalam teknologi bukan hanya arena utama untuk bersaing dengan Republik Rakyat China," ujar Burns, dikutip dari Reuters 10 Maret.
"Ini juga merupakan penentu utama masa depan kita sebagai dinas intelijen," sambungnya.
Direktur CIA berbicara selama sesi dengar pendapat Kongres AS 'Worldwide Threats', yang juga dihadiri kepala komunitas intelijen AS lainnya, termasuk Direktur Badan Keamanan Nasional Jenderal Paul Nakasone, Direktur Intelijen Nasional Avril Haines, Direktur Badan Intelijen Pertahanan Letnan Jenderal Scott Berrier dan Direktur Biro Investigasi Federal Christopher Wray.
Direktur intelijen mengatakan, Beijing menimbulkan berbagai ancaman terhadap kepentingan Negeri Paman Sam, termasuk menggunakan peretas.
Jika Beijing khawatir konflik besar dengan Amerika Serikat akan segera terjadi, "hampir pasti akan mempertimbangkan untuk melakukan operasi siber yang agresif terhadap infrastruktur penting tanah air AS dan aset militer di seluruh dunia," kata laporan itu.
"Serangan semacam itu akan dirancang untuk mencegah aksi militer AS dengan menghambat pengambilan keputusan AS, memicu kepanikan masyarakat dan mengganggu pengerahan pasukan AS."
Laporan tersebut menunjuk pada "perluasan otoritarianisme yang didorong oleh teknologi secara global" di China, mengutip upaya agresifnya untuk mengontrol dan memanipulasi aliran bebas konten secara global.
Laporan itu juga menegaskan, China "hampir pasti" mampu meluncurkan serangan siber yang dapat mematikan layanan infrastruktur penting, termasuk terhadap jaringan pipa minyak dan gas, serta sistem kereta api.
Baca juga:
- Kartel Meksiko Minta Maaf Atas Penembakan Warga AS, Serahkan Lima Anggota yang Disebut Bertanggung Jawab: Jenazah Dikembalikan
- Usai Tepi Barat dan Gaza, Giliran Tel Aviv Diguncang Bentrokan Militan Palestina dengan Israel: Satu Anggota Hamas Tewas
- Arab Saudi Siap Jadi Penengah Konflik Rusia-Ukraina, Pangeran Faisal: Kami Berdialog dengan Semua Mitra
- PLTN Zaporizhzhia Ukraina Kembali Padam Akibat Serangan Rudal Rusia, Kepala IAEA: Bagaimana Kita Membiarkan Ini Terjadi?
Mencerminkan bagaimana aparat keamanan Beijing mengumpulkan sejumlah besar data kesehatan penduduknya, badan intelijen AS menulis, China telah mengumpulkan data kesehatan dan genomik AS melalui pelanggaran dunia maya dan akuisisi perusahaan AS.
Sementara itu, Jenderal Nakasone, direktur NSA, bersaksi bahwa operasi dunia maya China semakin agresif akhir-akhir ini.
"Sehubungan dengan China, kami melihat peningkatan tingkat pengambilan risiko yang mereka alami sehubungan dengan pencurian kekayaan intelektual kami, bahkan meningkatkan operasi pengaruh mereka. Ini menyangkut upaya untuk kami," jelas Nakasone.