Pemasok Senjata di Ukraina Ternyata Gunakan Cryptocurrency Sebagai Alat Transaksi
JAKARTA - Mayoritas perusahaan yang memasok senjata ke Ukraina dalam upaya pertahanannya melawan Rusia dilaporkan menerima aset kripto sebagai pembayaran. Sebuah laporan baru dari Yahoo Finance UK mengungkapkan bahwa sekitar 60 persen dari pemasok senjata yang berbisnis dengan Ukraina telah menerima pembayaran dalam bentuk aset digital.
Wakil Menteri Digital Ukraina, Alex Bornyakov, mengatakan bahwa beberapa warga negara Rusia juga menyumbangkan aset kripto ke Ukraina. Menurut Bornyakov, aset digital lebih disukai karena jauh lebih efisien dan aman dibandingkan dengan mata uang tradisional.
Jika menggunakan sistem keuangan tradisional, proses pembayaran dapat memakan waktu berhari-hari. Namun, dengan kripto, pembelian barang-barang penting dapat dilakukan dalam waktu singkat.
Baca juga:
Bornyakov mengatakan, "Yang luar biasa adalah sekitar 60 persen pemasok dapat menerima kripto, saya tidak menyangka hal ini." Sekitar 33 persen dari donasi tersebut berasal dari program Crypto Fund Aid For Ukraine yang disebut Bornyakov sebagai "kesuksesan mutlak".
Perang antara Ukraina dan Rusia yang masih berlangsung hingga saat ini kian memanas setelah Rusia menginvasi Ukraina. Ukraina segera mulai meminta sumbangan kripto melalui akun Twitter pemerintahnya, meminta Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), dan stablecoin Tether (USDT). Aset lain seperti Cardano (ADA), Solana (SOL), dan Polkadot (DOT) juga telah diterima oleh Ukraina.
Kesuksesan penggunaan aset kripto sebagai pembayaran dalam situasi krisis ini menjadi bukti potensi penggunaan teknologi blockchain dan kripto untuk kepentingan nasional. Ukraina menunjukkan bahwa penggunaan aset digital dapat lebih efisien dan efektif dalam melakukan transaksi keuangan penting.