Dell Ikuti Big Tech Lainnya, PHK 6.650 Pekerjaan atau 5 Persen SDM
JAKARTA - Dell Technologies Inc menjadi perusahaan teknologi terbaru yang akan melakukan efisiensi besar-besaran. Perusahaan AS ini akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan menghilangkan 6.650 pekerjaan, atau sekitar 5% dari tenaga kerja globalnya.
Hal ini disebabkan adanya kerugian akibat penurunan permintaan untuk personal computer, seperti dilaporkan oleh Bloomberg News pada Senin, 6 Februari.
“Perusahaan sedang mengalami kondisi pasar yang terus terkikis dengan masa depan yang tidak pasti," tulis co-Chief Operating Officer Dell, Jeff Clarke, dalam sebuah memo kepada karyawan..
“Langkah-langkah pemotongan biaya sebelumnya sudah dilakukan, termasuk jeda perekrutan dan pembatasan perjalanan, namun tidak lagi cukup,” kata Clarke dalam memo itu, yang juga dikutip Reuters.
“Reorganisasi departemen dan pemutusan hubungan kerja adalah peluang untuk mendorong efisiensi,” kata juru bicara perusahaan kepada Bloomberg News.
Dell tidak segera menanggapi email dari Reuters untuk memberikan komentar tentang laporan itu.
Perusahaan teknologi besar seperti Microsoft Corp hingga Amazon.com Inc dan Goldman Sachs Group Inc baru-baru ini telah memangkas ribuan pekerjaan untuk membantu mengatasi penurunan permintaan karena pengeluaran konsumen dan perusahaan menyusut karena inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga.
Baca juga:
PHK di Amerika Serikat mencapai level tertinggi lebih dari dua tahun pada bulan Januari karena perusahaan teknologi memangkas pekerjaan pada laju tertinggi kedua dalam rekor selama ini untuk bersiap menghadapi kemungkinan resesi.
Banyak faktor yang mempengaruhi big tech untuk melakukan pemutusan hubungan kerja besar-besaran. Penyebabnya antara lain, pertumbuhan bisnis yang melambat. Saat pertumbuhan bisnis melambat, perusahaan sering kali memutuskan untuk mengurangi biaya dengan memotong jumlah pegawai.
Adanya teknologi baru menggantikan pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia, sehingga membuat beberapa pekerjaan menjadi tidak lagi dibutuhkan.
Kemudian Perubahan strategi bisnis dapat mempengaruhi jumlah pegawai yang dibutuhkan oleh perusahaan. Yang paling parah saat ini adalah krisis ekonomi yang memaksa perusahaan untuk memotong biaya dengan memutuskan hubungan kerja dengan pegawainya.