Mentan Syahrul Proyeksi Beras Surplus 3 Juta Ton
JAKARTA - Kementerian Pertanian memproyeksi akan terdapat surplus beras pada periode Januari hingga Maret sekitar tiga juta ton.
Proyeksi tersebut berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) serta data yang dimiliki Kementerian Pertanian.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menjelaskan, data yang diperoleh BPS merupakan data resmi negera yang tidak bisa diragukan lagi karena sudah menggunakan metode KSA.
Dari Kementan sendiri, sambunh SYL, pengolahan data menggunakan tiga metode, yaitu metode standing crop, laporan daerah dan tinjauan di lapangan.
“Jadi jangan meragukan data BPS. karena datanya sudah melalui proses panjang. Termasuk data KSA, kemudian kami menggunakan tiga metode, standing crop, artifisial intelegen, laporan daerah dan datang langsung ke lapangan. Hasilnya sama, beras kita cukup,” katanya dalam keterangan resmi, Senin, 6 Februari.
Seperti diketahui, panen raya yang tengah berlangsung salah satunya Desa Sukamakmur, Kecamatan Sukakarya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi, Nani Suwarni menyampaikan luas baku lahan yang ada saat ini mencapai 47.000 hektare (ha), sedangkan lahan di Kecamatan Sukakarya mencapai 3.420 hektare.
“Dari luasan tersebut, lahan yang dipanen mencapai 423 hektare dengan rata-rata produktivitas mencapai 6,5 ton per ha,” tutur Nani.
Sementara itu, Kepala BPS Kabupaten Bekasi Nevi Hendri menyebut luas panen padi di Desa Sukakarya mengalami peningkatan sebanyak tiga persen dari luas panen tahun sebelumnya. Peningkatan ini terjadi sejak 2021 yang dihitung berdasarkan metode Krangka Sempel Area (KSA).
Secara Teknis, kata Nevi, produksi padi diperoleh dari hasil perkalian luas panen bersih dengan produktivitas. Luas panen tanaman padi di lahan sawah dikoreksi dengan besaran konversi galengan.
Sementara, sambung Nevi, produksi beras didapatkan dari hasil perkalian produksi padi atau gabah dengan angka konversi gabah ke beras.
“Produksi padi dan beras dihitung hingga level kabupaten dan kota. Termasuk hitungan di Kabupaten Bekasi. Dimana sejak 2021 luas panennya meningkat 3 persen,” ujar Nevi.
Dengan demikian, kata Nevi, produksi yang ada saat ini mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Bekasi atau dalam kategori cukup. Hanya saja, dia melihat masih harus dilakukan upaya maksimal pada sisi distribusi dari satu tempat ke tempat lainya.
“Kalau dari sisi produksi bisa dikatakan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Bekasi. Tinggal bagaimana kita optimalkan distribusinya supaya produksi yang dihasilkan berjalan maksimal,” katanya.
Baca juga:
Selain itu, Nevi mengatakan bahwa produksi padi di Kabupaten Bekasi masuk pada posisi 5 besar di Jawa Barat.
Hal ini menunjukkan bahwa potensi padi atau gabah di Kabupaten Bekasi sangat luar biasa karena menjadi penyangga pangan di Jawa Barat dan Jakarta.
“Sehingga dengan posisi ini sangat perlu untuk dipertahankan keberlangsungannya termasuk juga regenerasi petani supaya milenial juga ikut Turun ke bawah. Apalagi dengan adanya teknologi mekanisasi bisa menjadi daya tarik milenial untuk terjun sebagai pelaku pertanian,” tuturnya.