Mulai Gangnam Style hingga Butter: Menguak Musik Korea Selatan, K-Pop yang Kian Ngetop

JAKARTA – Keseriusan pemerintah Korea Selatan dalam mempromosikan industri hiburannya telah menuai hasil saat ini. Drama dan film Korea laris manis di pasar dunia. Begitupun dalam musik, keberhasilan Bangtan Boys (BTS) meraih Top Social Artist Billboard Music Awards selama empat tahun berturut-turut sejak 2017 seolah ‘memaksa’ dunia untuk mengakui K-Pop sebagai genre baru dalam musik.

Itu bermula dari krisis ekonomi yang melanda Negeri Gingseng pada 1997. Presiden Korea Selatan Kim Dae-jung merancang sejumlah strategi mengatasi krisis antara lain menguatkan sektor industri dengan menggandeng para chaebol (konglomerat Korea Selatan) untuk menjadi penggerak.

Mengembalikan lagi pamor industri hiburan yang sempat berkembang pesat pada era 1960 dan 1970-an. Financial Times menyebut pemerintah sampai mengalokasikan dana sebesar 148,5 juta dolar AS untuk biaya promosi dan pengembangan.

Pelan tapi pasti, serial drama TV Korea Selatan: What is Love, Though? langsung menjajaki China, tayang di televisi lokal China, CCTV.

“Menduduki peringkat kedua dalam konten video impor sepanjang masa di China. Berawal dari sinilah, istilah Hallyu atau Korean Wave pertama kali muncul, merujuk kegemaran global terhadap budaya Korea,” tulis Financial Times pada Agustus 2022.

Bangtan Boys (BTS) meraih Top Social Artist Billboard Music Awards selama empat tahun berturut-turut sejak 2017. (BTS Official)

Lalu pada 2003, serial drama TV, ‘Winter Sonata’ juga mampu menjadi tayangan populer di Jepang dan sejumlah negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Kesuksesan inilah yang mendorong K-Pop mampu merambah ke pasar dunia.

Medio tahun 2000-an, grup idola seperti TVXQ, Kara, Big Bang, Girls’ Generation, dan 2NE1 memperoleh popularitas yang luar biasa di Asia termasuk China, Jepang, Taiwan, dan Singapura, yang memicu minat global terhadap K-Pop.

Girlband Wonder Girls menjadi penyanyi Korea pertama yang tampil di Billboard Hot 100 dengan hit ‘Nobody’ pada 2009. Kemudian kemunculan hit ‘Gangnam Style’ yang dipopulerkan Park Jae-sang atau yang lebih dikenal sebagai Psy di Billboard Hot 100 pada 2012 selama 7 pekan berturut-turut semakin memantapkan Kpop di blantika musik dunia.

Video clip Gangnam Style menjadi tren di YouTube. Bahkan telah mendekati 4,5 miliar penayangan saat ini menurut Financial Times. “Kesuksesan global Psy sering dilihat sebagai momen ketika budaya K-Pop melangkah ke panggung barat, dan secara lebih luas menjadi titik balik untuk Hallyu.

Periode selanjutnya muncul BTS yang berhasil melampaui popularitas artis-artis Korea Selatan lainnya. Album Map of the Soul: 7 dan hit ‘Dynamite’ mampu menduduki tangga lagu Billboard dan bertahan hingga beberapa pekan.

Kini, selain Psy dan BTS, penggemar musik dunia juga mengenal penyanyi-penyanyi asal Korea Selatan lainnya, seperti BLACKPINK, TWICE, EXO, Red Velvet, SF9, NCT, ITZY, MONSTA X, dan banyak lagi.

Sihir Gangnam Style

Di Indonesia, demam K-Pop semakin terasa setidaknya sejak video ‘Gangnam Style’ viral pada 2012. Tarian kuda ala Psy dalam video ini menyihir setiap orang untuk ikut bergoyang. Ribuan orang bahkan menggelar flash mob ‘Gangnam Stlyle’ di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.

Kini, demam masih berlanjut. Tergambar jelas lewat kerumunan penggemar yang selalu terjadi ketika para artis Korea Selatan datang atau tampil di Indonesia. Tergambar pula dari deretan trending topic harian Twitter yang hampir tak pernah lepas dari hal-hal terkait K-Pop.

Hasil konseling yang dilakukan oleh Psikolog klinis Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, Nanda Rossalia menunjukkan demam K-Pop bisa bertahan lama di Indonesia juga karena faktor pandemi COVID-19.

Para remaja melampiaskan kejenuhannya pada masa pandemi ke media sosial, wadah yang kerap digunakan para Idol K-Pop membangun kedekatan dengan penggemar.

"Sebagian penggemar bahkan bisa merasa hanya idola mereka yang memberi perhatian pada mereka dan berkembanglah istilah ‘halu’ walau bukan dalam artian sebenarnya," terang Nadia, dikutip dari Antara.

Saking mewabahnya demam K-Pop, Raja Dangdut Rhoma Irama saja rela mengcover hit BTS, ‘Butter’ saat tampil dalam acara ulang tahun salah satu stasiun televisi swasta, Rabu (11/1).

Raja Dangdut Rhoma Irama mengcover hit BTS, ‘Butter’ dalam acara ulang tahun sebuah stasiun televisi swasta nasional. (Antara/Zarqoni maksum/pras)

Rhoma sampai mendapat julukan baru sebagai ‘Rhoma Sunbaenim’ yang artinya Rhoma Senior.

 “Ya ampun Rhoma Irama Sunbaenim mantapp, @BTS_twt harus liat iniii, cengkoknya mantap,” cuit @sqnada seraya menjelaskan cara Rhoma Irama menyanyikan hit BTS dengan gaya khas dangdut, Rabu (11/1)

Dari sekian artis Indonesia yang mengcover lagu BTS, tidak menyangka Rhoma Irama adalah satu di antaranya.

“Seumur-umur ga pernah kepikiran Haji Rhoma Irama bakal nyanyiin lagu BTS,” cuit pegiat Twitter lainnya.

Pesona K-Pop tak sebatas musik. Para Idol K-Pop seolah sudah menyiapkan seluruh aspek mulai dari tarian, koreografi, skill bernyanyi, dan tata krama hingga menciptakan pertunjukan panggung yang luar biasa. Mereka memang sudah siap mendunia.

Seperti yang ditulis Euny Hong dalam bukunya ‘The Birth of Korean Cool: How One Nation Is Conquering the World Through Pop Culture’, “Jika bukan karena krisis, mungkin tidak akan pernah ada korean wave. Sebelum krisis, industri hiburan Korea Selatan tidak melakukan upaya agresif untuk menjajakan dagangannya ke luar negeri.”

Namun, pascakrisis mereka mampu melakukannya dengan baik. Pada 2020, Financial Times mencatat nilai ekspor konten budaya Korea Selatan, yang mencakup industri seperti musik, film, dan penyiaran mencapai sekitar 11,92 miliar dolar AS menurut Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata. Naik 16,3 persen dari tahun sebelumnya.