Dikecam Lantaran Kunjungi Kompleks Masjid Al Aqsa, Menteri Keamanan Israel: Temple Mount Terbuka untuk Semua
JAKARTA - Menteri Keamanan Nasional sayap kanan baru Israel Itamar Ben-Gvir secara singkat mengunjungi kompleks masjid Al Aqsa di Yerusalem pada Hari Selasa, sebuah situs yang juga dihormati oleh orang Yahudi, yang memicu kecaman keras dari Palestina dan beberapa negara Arab.
"Temple Mount terbuka untuk semua," kata Ben-Gvir di Twitter, menggunakan nama Yahudi untuk situs tersebut, melansir Reuters 3 Januari.
Rekaman video menunjukkan dia berjalan-jalan di pinggiran kompleks, dikelilingi oleh pengamanan ketat dan diapit oleh sesama Yahudi Ortodoks.
Guna meredakan kemarahan atas kunjungan tersebut, seorang pejabat di kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, perdana menteri berkomitmen penuh pada status quo situs yang telah puluhan tahun hanya mengizinkan ibadah Muslim di sana.
Ketika ditanya tentang kunjungan tersebut, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mengatakan, setiap tindakan sepihak yang membahayakan status quo situs suci Yerusalem tidak dapat diterima.
Seorang pejabat Israel mengatakan, kunjungan 15 menit oleh Ben-Gvir, seorang anggota senior kabinet nasionalis-agama baru Netanyahu, sesuai ketentuan sejak beberapa dekade yang lalu yang memungkinkan non-Muslim untuk berkunjung dengan syarat mereka tidak berdoa.
Ben-Gvir dalam kesempatan tersebut tidak mendekati masjid itu sendiri.
Meskipun kunjungan ke lokasi titik api itu berlalu tanpa insiden, hal itu berisiko memperburuk perselisihan dengan warga Palestina setelah meningkatnya kekerasan di Tepi Barat yang diduduki pada tahun lalu.
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh meminta warga Palestina untuk "menghadapi penggerebekan ke masjid Al Aqsa".
Dia menuduh Ben-Gvir melakukan kunjungan itu sebagai bagian dari upaya untuk mengubah tempat suci itu "menjadi kuil Yahudi".
Israel menyangkal memiliki desain seperti itu.
"Menjaga status quo, dalam beberapa tahun terakhir para menteri telah lebih dari satu kali naik ke Temple Mount, termasuk mantan Menteri Keamanan Dalam Negeri," kata seorang pejabat di kantor Netanyahu,
"Klaim perubahan status quo tidak berdasar," tandasnya.
Terpisah, Pemerintah Yordania, penjaga Al Aqsa dan yang kesepakatan damainya dengan Israel tidak populer di dalam negeri, memanggil Duta Besar Israel, mengatakan kunjungan itu telah melanggar hukum internasional dan "status quo bersejarah dan hukum di Yerusalem".
Sebelumnya, Ben-Gvir pernah menganjurkan untuk mengakhiri larangan doa Yahudi di situs tersebut, tetapi lebih tidak berkomitmen pada masalah tersebut sejak bergabung dengan Netanyahu. Sementara, anggota lain dari partai Kekuatan Yahudinya masih menganjurkan langkah seperti itu.
Beberapa jam sebelum kunjungan itu, pasukan Israel menembak mati seorang remaja Palestina dalam bentrokan di dekat Bethlehem, kata pejabat medis dan saksi mata.
Tentara Israel mengatakan, pasukan menembaki warga Palestina yang melemparkan bahan peledak rakitan, batu dan bom molotov ke arah mereka.
Seorang juru bicara Hamas mengatakan, "Kelanjutan dari perilaku ini akan membawa semua pihak lebih dekat ke bentrokan besar," merujuk pada kunjungan Ben-Gvir.
Baca juga:
- Sebut Pembatasan COVID-19 di Sejumlah Negara Tidak Proporsional dan Tidak Bisa Diterima, China: Kami Menolak Tujuan Politik
- Ada Infeksi di Chiba dan Fukuoka, Kasus Flu Burung di Jepang Catat Rekor Tertinggi
- Ikut Serta Dalam Protes, Dua Remaja Iran Divonis Bersalah dan Dihukum Gantung
- Presiden Marcos Jr. Terbang ke Beijing Temui Xi Jinping, Bahas Laut China Selatan?
Kutukan atas kunjungan datang dari sejumlah negara, termasuk Mesir dan Uni Emirat Arab yang mengakui Israel. Arab Saudi, di mana Netanyahu ingin menjalin kesepakatan damai, juga mengkritik tindakan Ben-Gvir. Turki, yang baru-baru ini mengakhiri keretakan diplomatik lama dengan Israel, mengutuk kunjungan itu sebagai "provokatif".
Kompleks Al Aqsa, yang dikenal umat Islam sebagai Tempat Suci Mulia, adalah situs tersuci ketiga Islam. Itu juga merupakan situs paling suci Yudaisme, sisa dari dua kuil kuno.
Ben-Gvir mengatakan, kebebasan bergerak akan ditegakkan di kompleks tersebut, tanpa menyebutkan kebebasan beribadah.