Apple Ditagih Jepang Pajak Rp1,5 Triliun karena Ulah Turis Borong iPhone
JAKARTA - Apple baru saja dikenai pajak tambahan sekitar 98 juta dolar AS atau setara Rp1,5 triliun untuk bisnisnya di Jepang. Sebagai akibat, penjualan produknya yang bebas dari pajak.
Dilaporkan pertama kali oleh Nikkei Asia, otoritas Tokyo menemukan adanya pengecer melakukan pembelian ratusan iPhone dan perangkat lainnya tanpa membayar pajak yang sesuai.
Pembelian itu dilakukan oleh pembeli dari luar negeri atau turis di beberapa toko Apple. Satu transaksi, setidaknya melibatkan satu orang yang membeli ratusan perangkat sekaligus. Peristiwa ini mungkin menunjukkan toko tersebut melewatkan pajak untuk reseller.
Turis yang menghabiskan waktu kurang dari enam bulan di Jepang tidak perlu membayar pajak konsumsi 10 persen untuk membeli oleh-oleh atau barang sehari-hari, tetapi bukan berarti mereka bisa membeli banyak gadget sekaligus tanpa membayar pajak yang seharusnya.
Raksasa teknologi yang berbasis di Cupertino, Amerika Serikat (AS) itu diklaim telah mengajukan pengembalian pajak yang diubah. Bahkan, Apple telah berhenti menawarkan belanja bebas pajak sejak Juni.
Saat ini, dikatakan Apple tidak menyediakan belanja bebas pajak di toko mereka, dan meminta maaf atas ketidaknyamanan ini.
Nikkei Asia menyatakan dalam pemberitaannya, biaya pajak kembali yang luar biasa besar ini menyoroti celah mencolok dalam peraturan belanja bebas pajak yang unik di Jepang.
Kosmetik atau obat-obatan dibatasi hingga 500 ribu yen setara Rp58 jutaan, sedangkan barang umum seperti elektronik rumah tangga tidak memiliki batas maksimum yang dapat dibelanjakan oleh turis.
Sebuah survei oleh otoritas pajak menemukan sekitar 24.000 kasus kegagalan perusahaan untuk melaporkan pembayaran pajak konsumsi dalam setahun hingga Juni. Rekor total 86,9 miliar yen setara Rp10,2 triliun dalam pajak balik dipungut, naik 11 persen dari lima tahun sebelumnya.
Baca juga:
Laporan Asosiasi Department Store Jepang dikutip dari BGR, Kamis, 29 Desember mengungkapkan, negara tersebut telah menjadikan memprioritaskan sektor pariwisata dan konsumsi sebagai inti dari strategi pertumbuhannya sejak 2012.
Mereka memperbanyak penerbangan dan toko bebas pajak. Sebab, pembelian bebas pajak bisa menarik minat turis untuk berbelanja, menetapkan rekor tahunan ketiga berturut-turut pada 2019 dengan lebih dari 340 miliar yen.