Pemerintah Inggris Pantau Warganya yang Tak Percaya COVID-19 Varian Baru

JAKARTA - Pemerintah Inggris kabarnya tengah memantau media sosial untuk mencari sumber teori konspirasi yang mengatakan varian baru COVID-19 hanyalah akal-akalan semata. Negara tersebut akan mencatat dalam surat elektronik (surel) internal beberapa skeptisme publik terhadap varian baru virus corona tersebut.

Mengutip Business Insider, Unit Pemantauan Media (MMU) Inggris mengirim surel ke politisi dan pegawai negeri yang berisi laporan apa saja yang bisa pemerintah sampaikan. Unit tersebut adalah bagian dari Kantor Kabinet yang menginformasikan strategi pers harian pemerintah.

Nantinya surel itu dijadikan rujukan pemerintah Inggris untuk mengantisipasi narasi yang berkembang. Jelas bahwa menangani sentimen anti-vaksin dan teori konspirasi tentang strain baru COVID-19 menduduki peringkat tinggi dalam daftar tantangan itu.

Dalam surel yang dikirim pada 20 Desember, misalnya, komunike hari itu merangkum reaksi media sosial terhadap "mutan" virus corona yang lazim di Inggris, yang beritanya muncul pada akhir pekan.

Meringkas tanggapan Facebook terhadap cerita populer tentang jenis baru virus corona, surel tersebut menyatakan: "Banyak yang tidak peduli dengan varian baru, namun beberapa lebih skeptis, mengklaim bahwa adanya varian baru dan persetujuan vaksin adalah waktu yang mencurigakan. Beberapa menyarankan varian baru mungkin hanya buatan."

Surel tersebut tidak menyebutkan tindakan apa yang mungkin diambil pemerintah untuk mengurangi sentimen ini. Konspirasi tersebut datang meskipun Kelompok Penasihat Ancaman Virus Pernapasan Baru dan Berkembang (NERVTAG) Pemerintah Inggris menguraikan potensi keparahan varian baru.

Sementara itu pemerintah Inggris juga mengakui ada peningkatan 5.000 persen dalam penelusuran terkait varian baru virus COVID-19. Misalnya saja pencarian tentang "bagaimana varian baru lebih menular", "mengapa varian baru lebih menular", dan "apa varian COVID-19 baru ini."

Varian baru COVID-19

Varian baru virus corona di Inggris pertama kali terdeteksi pada September. Pada November, sekitar seperempat kasus COVID-19 di London berasal dari virus corona varian baru. Jumlah ini mencapai hampir dua pertiga kasus pada pertengahan Desember.

Diperkirakan varian tersebut telah menyerang banyak pasien di Inggris atau di negara dengan kemampuan lebih rendah untuk memantau mutasi virus corona. Varian ini dapat ditemukan di seluruh Inggris, kecuali Irlandia Utara, tetapi sangat terkonsentrasi di London, Inggris Tenggara dan Inggris Timur. 

Data dari Nextstrain, yang memantau kode genetik sampel virus di seluruh dunia, menunjukkan kasus di Denmark dan Australia berasal dari Inggris. Belanda juga telah melaporkan kasus COVID-19 dari varian baru.