Rako Prijanto Pertahankan Adegan Ikonik di Film Bayi Ajaib
JAKARTA - Falcon Black Pictures, rumah produksi yang berada di bawah naungan Falcon Pictures khusus untuk film horor siap menayangkan film pertama mereka, Bayi Ajaib. Disutradarai oleh Rako Prijanto, film ini akan tayang perdana di bioskop pada 19 Januari 2023.
Bayi Ajaib juga menjadi comeback Rako Prijanto ke genre horor, setelah terakhir kali terlibat sebagai sutradara dalam film antologi horor pada tahun 2008 lewat ‘Takut: Face of Fear’. “Ini merupakan kebanggaan buat saya bisa me-remake Bayi Ajaib. Menurut saya ini atribut untuk film horor Indonesia yang dulu pernah berjaya dan saat ini berjaya kembali,” kata Rako Prijanto kepada awak media di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan pada Rabu, 21 Desember.
Empat puluh tahun lalu, tepatnya pada tahun 1982, film orisinal Bayi Ajaib ditayangkan pertama kali dengan Tindra Rengat sebagai sutradara, serta dibintangi oleh beberapa aktor legendaris tanah air seperti W.D. Mochtar, Rina Hassim, Muni Cader, Husin Lubis dan Wolly Sutinah atau yang lebih akrab disebut Mak Wok.
Pada versi remake, aktor-aktor berkualitas pun dihadirkan. Vino G. Bastian dan Adipati Dolken yang sudah sering bekerjasama dengan Rako Prijanto didapuk sebagai pemeran utama. “Kalau Vino dan Dodot (Adipati), yang pasti saya senang sama aktor yang profesional dan juga peka. Mereka peka untuk memainkan karakter mereka dengan gaya mereka,” ujar Rako.
Selain itu, beberapa nama seperti Desi Ratnasari, Sarah Fajira dan Rayhan juga ikut bermain. “Saya juga butuh aktor seperti Desi Ratnasari, Sarah dan Rayhan, yang benar-benar peka untuk menterjemahkan apa yang dibutuhkan dalam film ini,” lanjutnya.
Dalam versi remake ini, tim produksi mencoba untuk mempertahankan garis besar cerita yang sudah ada. Adegan-adegan ikonik yang sudah ada pun tetap dipertahankan. “Terus terang karena ini tribute untuk film yang lama, 90 persen kesamaannya,” ungkap Rako.
Baca juga:
Namun, terdapat beberapa perbedaan mendasar yang membuat Bayi Ajaib versi remake tetap menarik untuk dinantikan. “Kalau yang lama setting-nya itu tahun 1982, uniknya kali ini setting-nya menjadi semakin lama, sekitar tahun 1900-an,” sambungnya.
Tidak hanya itu, Rako juga mengatakan bahwa film ini tentunya akan menggunakan teknologi yang termutakhir. Beberapa teknologi yang sudah diterapkan di industri perfilman tanah air digunakan untuk memberi kesan yang lebih baik lagi.
Seperti contoh, penerapan dummy robotic digunakan saat menampilkan bayi ajaib yang ada dalam film. “Untungnya sekarang Indonesia udah maju, untuk bayi umur 5 bulan itu kita pakai yang namanya dummy robotic. Jadi bayi itu mulutnya bisa kebuka, terus bisa kedip-kedip. Kemudian dibantu juga dengan CGI (Ckmputer Generated Imagery),” pungkasnya.