Benarkah Penularan COVID-19 di Kendaraan Pribadi Lebih Besar dibanding Angkutan Umum?
JAKARTA - Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Agus Taufik Mulyono menyebut bahwa potensi penularan virus COVID-19 lebih tinggi di kendaraan pribadi dibanding transportasi umum atau angkutan massal.
Taufik beralasan, hal ini karena transportasi umum telah menerapkan protokol kesehatan COVID-19 secara ketat dibandingkan dengan kendaraan pribadi. Selain itu, kendaraan pribadi seperti kendaraan sewa banyak melakukan perjalanan darat di libur Natal dan Tahun Baru. Hal Ini ditakutkan membawa virus COVID-19 ke daerah tujuan.
"Sering orang bertanya dimanakah potensi penularan COVID-19 kalau dikaitkan dengan kegiatan transportasi? Angkutan pribadi, kendaraan sewa dan lain lain yang melakukan perjalanan darat ini luar biasa (tinggi penularannya). Selain impor COVID-19, juga nanti ada potensi transmisi lokal karena kendaraan darat itu adalah memiliki karakter yang khusus door to door," katanya, dalam diskusi virtual, Senin, 21 Desember.
Menurut Agus, hal tersebut perlu dipantau dan dicarikan jalan keluar. Sebab, impor COVID-19 melalui kendaraan pribadi di libur Natal dan Tahun Baru 2021 menjadi persoalan yang penting.
Apalagi, kata Agus, pemerintah kabupaten daerah yang menjadi tujuan wisata seperti Bali dan lain-lainnya memiliki kemampuan yang sangat terbatas dalam mengelola pengendalian COVID-19.
Baca juga:
"Karena itu seperti di Yogyakarta ada suatu kebijakan orang-orang jangan keluar, biarlah berdatangan dari luar, tapi kami semua tidak boleh keluar, ini salah satu kebijakan lokal," jelasnya.
Di sisi lain, Agus mengaku prihatin mengenai melonjaknya kasus positif COVID-19 di masa liburan beberapa waktu lalu. Ia menduga ini terjadi karena perjalanan menggunakan mobil pribadi yang menimbulkan kerumunan dan berpotensi tinggi dalam penyebaran virus COVID-19.
"Ke depan MTI bersama-sama dengan stakeholder terkait mengambil alih peran aktif untuk memberikan satu sikap, sebaiknya harus bagaimana pemerintah ini kebijakan pemerintah yang membingungkan publik bikin puyeng dengan rapid antigen dan vaksin, dan sebagainya," jelasnya.