AS Nilai Kerja Sama Iran-Rusia Timbulkan Ancaman Nyata di Timur Tengah, Teheran Bilang Tidak Perlu Minta Izin

JAKARTA - Otoritas Iran menegaskan pada Hari Senin, pihaknya tidak akan meminta izin untuk memperkuat aliansinya dengan Rusia, setelah Amerika Serikat (AS) memperingatkan kemitraan tersebut menimbulkan ancaman di Timur Tengah.

AS khawatir kerja sama yang berkembang antara Iran dan Rusia yang berfokus pada drone dan rudal, dapat menyebabkan Teheran memperluas jangkauannya di wilayah tersebut.

Kepala CIA William Burns mengatakan kepada televisi PBS pada Hari Jumat, kerja sama militer antara Iran dan Rusia "menimbulkan ancaman nyata" bagi sekutu AS di Timur Tengah.

Menanggapi hal tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani menyebut, komentar itu "tidak berdasar" dan bagian dari "perang propaganda AS melawan Iran".

"Teheran bertindak secara independen dalam mengatur hubungan luar negerinya dan tidak meminta izin dari siapa pun," kata Kanani pada Hari Minggu, melansir The National News 19 Desember.

"Kepentingan nasional Iran mendikte kebijakannya," tambahnya.

"Kerja sama antara Iran dan Rusia di berbagai bidang, termasuk pertahanan, berkembang dalam kerangka kepentingan bersama dan tidak bertentangan dengan negara ketiga mana pun," papar Kanani.

"Para pejabat Amerika melanjutkan klaim politik tak berdasar mereka dan tindakan ilegal terhadap Republik Iran, mempertanyakan pertahanan konvensional dan kerja sama militer antara Iran dan Rusia," tandasnya.

Sebelumnya, juru bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby pada 9 Desember menyebut, kemitraan militer Teheran-Moskow "berbahaya" bagi Ukraina, tetangga Iran dan dunia.

Rusia diketahui bermaksud untuk memasok Iran dengan jet tempur baru, yang akan menjadi dorongan besar bagi kekuatan angkatan udara Teheran yang sudah tua.

Sementara, Iran telah menggunakan "drone serang satu arah" atau drone Kamikaze, untuk menyerang pengiriman komersial. Drone yang sama yang dipasok ke sekutu milisi Houthi, sering digunakan dalam serangan terhadap infrastruktur di Arab Saudi.

Selain itu, Iran telah memasok ratusan model drone Shahed-136 ke Rusia sejak September, setelah laporan bahwa Rusia kehabisan drone dan rudal. Lusinan gambar reruntuhan pesawat tak berawak sejak itu muncul di media sosial, menunjukkan puing-puing khas dari pesawat eksplosif V-wing.

Rusia telah menggunakan senjata untuk menyerang infrastruktur listrik Ukraina, mematikan listrik jutaan orang dalam kondisi musim dingin yang membekukan.

Lebih banyak serangan pada Minggu malam menghantam jaringan listrik Kyiv, membuat pekerja utilitas berebut untuk memulihkan listrik saat suhu turun di bawah nol.

Penyebaran senjata dan pengiriman rudal balistik jarak pendek Zolfaghar Iran yang dikhawatirkan, telah menyebabkan sekutu Ukraina untuk menyebarkan sistem kontra-drone canggih seperti Gepard Jerman dan Patriot AS, yang menelan biaya sekitar 1 miliar dolar AS untuk satu unit enam peluncur.

Bulan lalu, Teheran mengakui telah mengirim drone ke Rusia tetapi bersikeras bahwa mereka dipasok sebelum invasi ke Ukraina pada Bulan Februari.