Presiden Biden Pererat Hubungan Dagang Amerika Serikat dengan Afrika, Ingin Saingi China?

JAKARTA - Presiden Joe Biden mengumumkan perjanjian yang bertujuan untuk memperkuat hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan Afrika, setelah bertahun-tahun benua itu tidak menjadi prioritas Washington, sementara China membuat terobosan dengan investasi dan perdagangan.

"Amerika Serikat mendukung masa depan Afrika," kata Presiden Biden kepada para pemimpin Afrika dari 49 negara dan Uni Afrika pada pertemuan puncak tiga hari di Washington yang dimulai Selasa, melansir Reuters 15 Desember.

Pernyataan Presiden Biden dan KTT bertujuan untuk memposisikan Amerika Serikat sebagai mitra negara-negara Afrika, di tengah persaingan dengan China yang berusaha memperluas pengaruhnya dengan mendanai proyek infrastruktur di benua itu dan di tempat lain.

Perdagangan China dengan Afrika sekitar empat kali lipat dari Amerika Serikat, dengan Beijing telah menjadi kreditur penting yang menawarkan pinjaman yang lebih murah daripada pemberi pinjaman Barat.

Presiden Biden mengatakan, perjanjian baru dengan Area Perdagangan Bebas Benua Afrika akan memberi perusahaan Amerika akses ke 1,3 miliar orang dan pasar senilai 3,4 triliun dolar AS. Dia mendaftarkan perusahaan yang telah membuat kesepakatan di KTT, termasuk General Electric Co., dan Cisco Systems Inc.

"Ketika Afrika berhasil, Amerika Serikat berhasil. Sejujurnya, seluruh dunia juga berhasil," ucap Presiden Biden.

Ini adalah KTT pertama sejak pertemuan sejenis terakhir digelar tahun 2014, saat Barack Obama mimpin Negeri Paman Sam.

Sebagai permulaan, Pemerintahan Presiden Biden telah menjanjikan 55 miliar dolar AS untuk ketahanan pangan, perubahan iklim, kemitraan perdagangan dan masalah lainnya.

Presiden Biden juga diharapkan mendukung pengakuan Uni Afrika sebagai anggota tetap Kelompok 20 ekonomi utama selama KTT Hari Kamis ini.

KTT tersebut merupakan bagian dari dorongan baru untuk meningkatkan hubungan karena China memperoleh pengaruh dalam perdagangan, investasi dan dorongan pinjaman. Beijing telah mengadakan pertemuan tingkat tinggi dengan para pemimpin Afrika setiap tiga tahun, selama lebih dari dua dekade.

Beberapa pejabat AS enggan membingkai pertemuan itu sebagai pertarungan untuk mendapatkan pengaruh. Presiden Biden juga tidak menyebut China dalam sambutannya, dan Washington telah mengurangi kritik terhadap praktik pinjaman dan proyek infrastruktur Beijing.

Pada Hari Rabu, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby menyoroti pentingnya investasi AS di Afrika, mengatakan Washington sedang mencari "diskusi dua arah" tentang perdagangan, investasi dan peluang untuk pertumbuhan ekonomi.

Para pemimpin Afrika menyambut pendekatan itu.

"Alih-alih mengekspor komoditas, AS harus mencari peluang dalam berinvestasi," kata Presiden Kenya William Ruto.

"Mereka memiliki mesin, mereka memiliki pengetahuan, sehingga mereka dapat memproduksi untuk benua Afrika di Afrika," sambungnya.

Presiden Joe Biden saat menggelar pertemuan dengan pemimpin negara Afrika. (Twitter/@WhiteHouse)

Ruto mengutip proyeksi bahwa sektor agribisnis Afrika akan meningkat lebih dari tiga kali lipat, menjadi 1 triliun dolar AS pada tahun 2030, mengatakan modal Washington dapat membantu mengatasi defisit infrastruktur fisik benua untuk membuka pertumbuhan ini.

Terpisah, data analisis Grup Eurasia menunjukkan, perdagangan China-Afrika mencapai 254 miliar dolar AS pada tahun 2021, jauh melampaui perdagangan AS-Afrika yang 'hanya' 64,3 miliar dolar AS. Angka-angka itu masing-masing naik dari 12 miliar dolar AS dan 21 miliar dolar AS pada tahun 2002.

Para pemimpin Barat dengan tajam mengkritik apa yang mereka lihat sebagai langkah Beijing yang lamban dalam mengatasi beban utang yang berat yang dihadapi banyak negara Afrika.

Duta Besar Beijing untuk Washington menolak gagasan menjelang KTT, mengutip laporan bahwa negara-negara Afrika berutang tiga kali lebih banyak kepada institusi Barat, sambil mencatat bahwa rumah sakit, jalan raya, bandara, dan stadion buatan China ada "di mana-mana" di Afrika.

Diketahui, China tetap menjadi investor bilateral terbesar di kawasan itu, tetapi komitmen pinjaman barunya ke Afrika telah menurun dalam beberapa tahun terakhir.

Sementara itu, banyak pemimpin Afrika menolak gagasan bahwa mereka harus memilih antara Amerika Serikat dan China.

"Fakta bahwa kedua negara memiliki tingkat hubungan yang berbeda dengan negara-negara Afrika, membuat mereka sama pentingnya bagi pembangunan Afrika," kata Duta Besar Ethiopia untuk PBB, Taye Atske Selassie Amde, kepada Reuters.

"Namun, perlu diketahui setiap negara Afrika memiliki lembaga untuk menentukan hubungan dan kepentingan terbaik masing-masing," tandasnya.