Google Mau Bikin Teknologi untuk Penyandang Disabilitas di Inggris
JAKARTA - Google baru saja membuka pusat penelitian dan pengembangan pertamanya di London, Inggris. Langkah perusahaan ini didedikasikan guna membantu penyandang disabilitas.
Dijuluki Pusat Penemuan Aksesibilitas, itu tidak hanya akan digunakan untuk penelitian dan pengembangan produk, tetapi juga memiliki ruang untuk belajar, dengan zona interaktif dan pembelajaran juga tersedia bagi mereka yang berkunjung.
Raksasa teknologi tersebut tidak sendiri, dia menggandeng Royal National Institute of Blind People, Royal National Institute for Deaf People, dan badan amal disabilitas Everyone Can. Ini adalah Pusat Penemuan Aksesibilitas pertama Google di luar Amerika Serikat (AS).
“Ketika orang memiliki akses yang adil ke informasi dan peluang, semua orang menang, tetapi kami tahu kebutuhan orang terus berubah, sepanjang hidup mereka atau bahkan hari mereka,” ujar tim Aksesibilitas dan Inklusi Disabilitas Google, Christopher Patnoe.
Google memiliki banyak tim peneliti yang mengerjakan hal-hal seperti kecerdasan buatan, dan sejumlah insinyur ditugaskan untuk melihat teknologi yang dapat diakses supercharging, menjadikannya lebih utama.
Baca juga:
Misalnya, teknologi subtitle yang awalnya dimulai untuk membantu pemirsa televisi yang tuli dan sulit mendengar, tetapi menjadi berguna bagi semua orang.
Melansir BBC Internasional, Senin, 5 Desember, selain itu, Google juga baru saja meluncurkan versi beta Project Relate di Inggris, ini adalah aplikasi yang mempelajari cara mengenali pola bicara dengan lebih baik dari mereka yang mungkin kesulitan.
Seperti orang dengan distrofi otot dan membantu mereka berkomunikasi dengan lebih mudah. Ini dilakukan dengan menyalin ucapan ke teks secara real time, mengulang suara seseorang dengan suara yang disintesis dan berbicara ke asisten suara.
"Kami telah membuat kemajuan yang menggembirakan pada teknologi yang dapat diakses seperti Project Relate yang membantu menghilangkan hambatan sehari-hari yang dihadapi orang, tetapi kami tahu masih banyak yang harus kami lakukan," jelas Patnoe.