Menlu AS Sebut Pemerintahan Presiden Biden Dukung Unjuk Rasa COVID-19 di China, Sampaikan Protes Langsung Bulan Depan
JAKARTA - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengatakan pada Hari Minggu, Pemerintahan Presiden Joe Biden mendukung pengunjuk rasa nol-COVID di China, menjelaskan dia akan membahas topik tersebut ketika mengunjungi negara itu awal tahun depan.
"Tentu saja, kami tahu," kata Menlu Blinken kepada Jake Tapper dari CNN di "State of the Union" ketika ditanya tentang dukungan AS untuk para pengunjuk rasa yang berdemonstrasi menentang pembatasan COVID-19 yang ketat dari Pemerintah China, seperti dilansir 5 Desember.
"Kami mendukung hak orang di mana pun, baik di China, di Iran, di tempat lain, untuk memprotes secara damai, untuk menyampaikan pandangan mereka, untuk melampiaskan rasa frustrasi mereka," sambungnya.
Lebih lanjut, Menlu Blinken mengatakan dia akan menyampaikan protes secara langsung kepada pejabat China bulan depan.
"Kami akan mengatakan apa yang selalu kami katakan dan apa yang dikatakan Presiden (Joe) Biden kepada (pemimpin Tiongkok) Xi Jinping, yaitu hak asasi manusia dan kebebasan sipil dasar menjadi inti dari siapa kami sebagai orang Amerika. Dan tidak ada pemerintah Amerika, tidak ada presiden Amerika yang akan diam tentang itu," ujar Menlu Blinken.
Demonstrasi di China dipicu oleh kebakaran mematikan pada 24 November di Urumqi, ibu kota wilayah paling barat Xinjiang.
Kobaran api menewaskan sedikitnya 10 orang dan melukai sembilan orang di sebuah gedung apartemen, yang menyebabkan kemarahan publik setelah video insiden tersebut tampaknya menunjukkan, tindakan penguncian telah menunda petugas pemadam kebakaran untuk menjangkau para korban.
Diketahui, kota itu telah dikunci selama lebih dari 100 hari, dengan penduduk tidak dapat meninggalkan wilayah tersebut dan banyak yang terpaksa tinggal di rumah.
Karena jumlah protes membengkak, banyak juga yang menuntut kebebasan politik yang lebih besar.
Protes dalam skala besar sangat tidak biasa di China. Sementara demonstrasi atas keluhan lokal terjadi secara berkala, protes tersebut adalah yang paling meluas sejak gerakan pro-demokrasi Lapangan Tiananmen tahun 1989.
Baca juga:
- Selandia Baru Umumkan Peninjauan Penanganan Pandemi COVID-19
- Carolina Utara Alami Pemadaman Akibat Penembakan Pembangkit Listrik: FBI Gelar Penyelidikan, Berlaku Jam Malam
- Presiden Zelensky Imbau Warganya Tangguh Hadapi Musim Dingin saat Pemerintah Berupaya Memulihkan Aliran Listrik
- Inggris Siagakan Militer hingga Relawan di Tengah Ancaman Pemogokan Layanan Publik Jelang Natal
Pemerintah China telah menindak dengan cepat, mengerahkan polisi di lokasi protes utama, memanggil pengunjuk rasa untuk memperingatkan mereka dan memperketat sensor online.
Menlu Blinken mengatakan, Washington akan mengambil pendekatan yang sama ketika hak-hak pengunjuk rasa ditekan di tempat lain.
"Kami berbicara menentangnya, kami menentangnya, dan kami mengambil tindakan terhadapnya," tandasnya.