Sering Menahan Perasaan? Ini 5 Tanda Perilaku Pasif-Agresif dalam Hubungan

YOGYAKARTA – Perbedaan argumen yang dapat memicu konflik dalam hubungan wajar dialami. Tetapi jika perbedaan argumen yang tidak mendapatan penyelesaian, mungkin perlu dipertanyakan. Salah satu aspek yang berkontribusi dalam penyelesaian masalan, adalah dengan berkomunikasi. Ketika salah seorang dari pasangan bersikap pasif-agresif, maka berkontribusi pada pengabaian masalah dan cenderung memendam perasaan.

Kata pikoterapis Anita Ashley, LMFT., orang pasif-agresif tidak secara langsung mengungkapkan pikiran dan perasaan negatif serta tidak secara langsung mengatakan hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang mereka lakukan. Mungkin terlihat mendiamkan seseorang saat kesal dengannya, alih-alih menangani masalahnya. Kadang juga setuju melakukan sesuatu tetapi tidak menindaklanjutinya. Atau memberikan pujian kepada seseorang dan kemudian menindaklanjutinya dengan sesuatu yang sebaliknya.

Perilaku posif-agresif, didorong motivasi untuk menekan kemarahan sehingga sulit mengenali agresi pasif. Menurut Ashley, perilaku ini sering kali dialami karena pembiasaan masa kecil. Ketika mengungkapkan perasaan dan pikiran negatif dianggap bukan hal yang bisa diterima, maka tertahan sejak dini oleh mereka yang mengalaminya. Psikoterapis Tania DeBarros, LICSW., menambahkan. Jika seseorang tidak percaya bahwa perasaannya penting, sepertinya tidak ada gunanya mengungkapkan kepada orang lain. Secara terperinci, berikut lima tanda seseorang yang memiliki perilaku pasif-agresif.

Ilustrasi perilaku pasif-agresif dalam hubungan (Freepik/wayhomestudio)

1. Tidak pernah marah

Mempertahankan hubungan dengan rasa marah, sering dianggap berperan antagonis. Namun menahan kemarahan terasa menekan dan memicu sesuatu yang lebih buruk. Mereka yang berperilaku pasif-agresif, hampir tak memiliki pengalaman dengan kemarahan atau kekesalan. Mereka menyublimasikan pengalaman tersebut dengan jalur lain.

2. Orang lain lebih mengenali kebiasaan Anda

Anda yang memiliki kebiasaan menahan perasaan, dapat lebih mudah menunjukkan agresi pasif pada orang lain daripada Anda sendiri. Misalnya, teman dekat atau orang yang Anda cintai sangat mengenal kebiasaan Anda ini. Jika orang lain menuduh Anda berbelit-belit, itu adalah indikator perilaku pasif-agresif. Artinya kalau berbelit-belit, sedang menekan perasaan dan jika konfrontatif lebih ekspresif mengungkapkan perasaan.

3. Mengatakan hal-hal yang bukan intinya

Salah satu tanda yang paling dikenali, perilaku pasif-agresif sering mengatakan hal-hal yang bukan intinya. Dalam konteks apapun, perilaku ini bertujuan untuk menghindari konflik.

4. Sering menggunakan sarkasme untuk mengungkapkan perasaan

Dalam suatu pertengkaran, kalau menggunakan sarkasme dalam mengungkapkan perasaan, bisa jadi tanda perilaku pasif-agresif. Meski tak semua sarkasme tentang pembelokkan percakapan, tetapi jika Anda menggunakan ketika kesal dan mengalami percakapan sulit, menandai perilaku psif-agresif.

5. Sering mengharapkan orang lain memahami perasaan Anda

Jika Anda merasa frustasi karena kurangnya pemahaman seseorang sebelum menjelaskan tentang perasaan Anda, kemungkinan besar Anda bertindak pasif-agresif, jelas DeBarros dilansir Well and Good, Jumat, 2 Desember. Harapan bahwa orang yang Anda cintai dapat membaca pikiran Anda, adalah jalan yang pasti menuju miskomunikasi.

Pakar merekomendasikan cara mengatasi perilaku pasif-agresif dan mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang produktif. Caranya, dengan mengakui bahwa Anda memiliki perasaan tersebut. Identifikasi perasaan menggunakan kata-kata perasaan, misalnya gugup, bersemangat, bahagia, lelah, kesal, dan lainnya. Setelah itu, katakana pada diri sendiri bahwa Anda tak apa merasakan dan memiliki pikiran negatif. Kemudian komunikasikan secara efektif kepada subjek pemicunya.