Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Akhiri Kunjungan Kenegaraan di Jepang dalam Sejarah Hari Ini, 29 November 2006
JAKARTA – Sejarah hari ini, 16 tahun yang lalu, 29 November 2006, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengakhiri kunjungan kenegaraannya di Jepang. Ia meninggalkan Jepang melalui Bandar Udara Internasional Haneda. SBY dan rombongan pun melanjutkan lawatan kenegaraannya ke Rusia.
Sebelumya, lawatan SBY ke Jepang dalam rangka menjaga hangatnya persahabatan antara Tokyo dan Jakarta sejak era Soekarno. SBY kala itu dijamu oleh Kaisar Jepang, Akihito dan Permaisuri Michiko Shoda.
Hubungan antara Indonesia dan Jepang sempat mengalami pasang surut. Jepang pernah menjajah kaum bumiputra selama 3,5 tahun. Kenangan itu dianggap menyakiti bangsa Indonesia. Apalagi tindak-tanduk penjajah Jepang justru lebih parah dari penjajah Belanda.
Kaum bumiputra diperas bak sapi perah sampai kurus. Semua untuk kepentingan perang yang digelorakan Jepang. Kebencian terhadap Jepang kemudian mendarah daging. Sekalipun Jepang awalnya sempat diyakini sebagai juru selamat. Namun, kemerdekaan Indonesia membuka segalanya. Utamanya ruang perdamaian antara Indonesia dan Jepang.
Kedua negara menandatangi dua buah perjanjian. Pertama, perjanjian damai. Kedua, perjanjian pampasan perang. Damai itu membuat Soekarno melejitkan proyek mercusuarnya. Banyak di antara bangunan dan monumen ikonik inisiasinya dibiayai dari dana pampasan perang.
Hubungan antara Indonesia dan Jepang semakin baik ketika Soekarno menikahi warna negara Jepang, Neoko Nemoto pada 1962. Kehangatan itu berbuah kerja sama di ragam sektor. Beberapa di antara kerja sama berhubungan dengan sektor seni dan budaya.
“Pada tanggal 9 Desember 1957 disusun draf perjanjian pampasan, dan akhirnya pada tanggal 20 Januari 1958 dokumen perjanjian ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Fujiyama Aiichiro dan Subandrio. Perjanjian pampasan perang tahun 1958 adalah bagian atau turunan dari perjanjian San Fransisco 1951. Dua perjanjian ini menjadi pijakan baru dalam berhubungan antara Indonesia dan Jepang secara bilateral setelah selama berpuluh-puluh tahun sebelumnya hubungan dengan Indonesia bukan dianggap sebagai Indonesia tetapi sebagai negara Hindia Belanda di bawah jajahan Belanda.”
“Perjanjian ini terbagi dua, yang pertama perjanjian damai dan yang kedua perjanjian pampasan perang. Untuk perjanjian damai, mengatur hal-hal yang terkait keinginan untuk mengakhiri status perang dan menciptakan situasi damai antara dua negara. Perjanjian ini berisi tujuh pasal, dan pampasan perang yang harus dibayarkan oleh Jepang diatur dan diterakan di dalam pasal 4 dalam perjanjian tersebut,” ungkap Moh. Gandhi Amanullah dalam buku Matahari Khatulistiwa: Hubungan Indonesia - Jepang dalam Perspektif Sastra dan Sosial Budaya (2020).
Hubungan harmonis Jepang-Indonesia bertahan lama. Bahkan, hubungan itu tetap terjaga hingga SBY menjadi Presiden Indonesia ke-6. Demi menjaga hubungan baik itu, SBY pun melawat ke Jepang pada 26-29 November 2006.
Kunjungan kenegaraan SBY termasuk mengunjungi Kaisar dan Permaisuri Jepang di Imperial Palace pada 27 November 2006. Sehari setelahnya, SBY menerima gelar doktor kehormatan Bidang Media dan Pemerintahan dari Universitas Keio. Baru pada 29 November 2006, SBY mengakhiri kunjungannya di Jepang dan melanjutkan lawatannya ke Rusia.
“Presiden Republik Indonesia, Y.M. Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Kristiani, beserta rombongan, akan mengadakan kunjungan kenegaraan ke Jepang pada tanggal 26 - 29 November 2006. Selama di Jepang, Presiden dan Ibu Kristiani akan mengadakan kunjungan kehormatan kepada Kaisar Jepang dan Permaisuri.”
“Yang Mulia Kaisar dan Permaisuri akan menyelenggarakan jamuan makan malam kenegaraan untuk menghormati Presiden dan Ibu Kristiani. Presiden juga akan mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Shinzo Abe. Pemerintah Jepang menyambut dengan tulus kunjungan Presiden dan Ibu Kristiani, di mana kunjungan ini akan memperkokoh hubungan persahabatan yang telah terjalin antara Indonesia dan Jepang,” tertulis dalam laman resmi Kedutaan Jepang di Indonesia.
Baca juga:
- Bung Karno Hadiri Ulang Tahun PKI di Stadion Utama GBK
- Ki Hajar Dewantara Ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional dalam Sejarah Hari Ini, 28 November 1959
- Surat Wasiat dan Lahirnya Hadiah Nobel dalam Sejarah Hari Ini, 27 November 1895
- Istri Thomas Stamford Raffles, Olivia Mariamne Devenish Meninggal dunia di Bogor dalam Sejarah Hari Ini, 26 November 1814