Dewan HAM PBB Sepakati Misi Penyelidikan Kekerasan Terhadap Pengunjuk Rasa di Iran

JAKARTA - Dewan Hak Asasi Manusia PBB memberikan suara pada Hari Kamis, untuk menyelidiki gelombang kekerasan yang memburuk terhadap pengunjuk rasa di Iran.

Sesi mendesak dewan di Jenewa, Swiss mendukung pembentukan misi pencarian fakta untuk melaporkan dugaan pelanggaran oleh rezim.

Dikabarkan puluhan orang, termasuk lima anak, telah tewas di Iran dalam sepekan terakhir saat aksi represif meningkat.

Komisaris tinggi PBB untuk hak asasi manusia Volker Turk mengatakan, Iran berada dalam "krisis hak asasi manusia penuh" setelah dua bulan protes anti-rezim.

Turk, mengatakan lebih dari 14.000 orang telah ditangkap dan "perkiraan konservatif" adalah sekitar 300 telah meninggal, termasuk 40 anak.

"Saya sedih melihat apa yang terjadi di negara ini, gambar anak-anak yang dibunuh, wanita yang dipukuli di jalanan, orang yang dijatuhi hukuman mati," katanya, dilansir dari The National News 25 November.

Sebuah resolusi yang disahkan oleh dewan membentuk misi pencarian fakta baru, untuk mengumpulkan bukti pelanggaran dan memastikannya dapat digunakan di pengadilan.

Misi akan memiliki mandat terpisah dari pelapor khusus PBB untuk Iran, yang telah ditolak aksesnya ke negara itu.

Resolusi yang diperjuangkan oleh Jerman dan Islandia, juga menyerukan Iran untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mencegah penangkapan dan pembunuhan sewenang-wenang.

"Para demonstran Iran tidak memiliki kursi di Dewan Hak Asasi Manusia di Jenewa dan tidak memiliki suara mereka sendiri di PBB," terang Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock.

"Hari ini Dewan Hak Asasi Manusia PBB dapat mengangkat suaranya, untuk hak asasi manusia yang tidak terpisahkan di Iran," tandas Baerbock.

Protes di Iran dipicu oleh kematian Mahsa Amini, seorang wanita Kurdi berusia 22 tahun, dalam tahanan polisi moral Iran, lantaran dinilai berpakaian tidak pantas.

Pelapor PBB, Javid Rehman, telah menggambarkan penggunaan kekuatan tanpa pandang bulu terhadap pengunjuk rasa, serta pelecehan terhadap wanita karena mengenakan jilbab secara tidak benar.

Dia mengatakan kepada dewan, pejabat tinggi di Iran tidak menunjukkan keinginan untuk terlibat dengan para demonstran, tetapi malah mengatakan kepada pasukan keamanan untuk menggunakan kekerasan.

Keluarga dari anak-anak yang meninggal telah diberi kontra-narasi pemerintah, mereka jatuh dari ketinggian, bunuh diri atau diracuni oleh agen musuh misterius, katanya.

"Penjara sekarang penuh dengan semua orang yang telah bermimpi dan bekerja untuk masa depan yang lebih baik bagi Iran," terang Rehman.

"Dalam tujuh hari terakhir saja, penumpasan protes telah meningkat dengan sedikitnya 60 hingga 70 orang tewas," ungkapnya.

Sementara itu, delegasi Iran Khadijeh Karimi mengatakan kepada dewan, Barat menyalahgunakan badan PBB untuk tujuan politik.

Dia menggambarkan kematian Amini sebagai tragedi, tapi menyalahkan pemerintah Barat dan provokator asing karena memicu protes kekerasan.

Sesi khusus hari Kamis adalah yang pertama di Dewan Hak Asasi Manusia yang didedikasikan untuk Iran, dan yang kedua secara keseluruhan tahun ini setelah diskusi tentang perang di Ukraina.

Itu difokuskan terutama pada penderitaan perempuan dan anak-anak Iran, setelah PBB melaporkan setidaknya 27 anak tewas dalam kekerasan tersebut.

Beberapa anak dibunuh dengan peluru tajam atau dipukuli sampai mati, sementara yang lain ditangkap dalam penggerebekan di sekolah karena diduga ikut serta dalam protes

Terpisah, AS mengatakan misi pencarian fakta baru diperlukan karena Iran tidak menunjukkan keinginan untuk mengadakan penyelidikan independen.

Diketahui, polisi moralitas Iran dan pasukan keamanan lainnya telah dikenai sanksi oleh kekuatan Barat termasuk Inggris, AS dan Uni Eropa karena protes tersebut.