Hancur Akibat Perang Rusia-Ukraina, Pesawat Komersial Terbesar di Dunia AN-225 akan Dibangun Kembali
JAKARTA - Bagi pecinta dunia dirgantara, nama Antonov AN-225 Mriya adalah pesawat ikonik, pesawat komersial terbesar yang banyak diimpikan untuk bisa menaikinya.
Sayang, pesawat tersebut hancur akibat invasi Rusia ke Ukraina, menimbulkan kesedihan di kalangan pecinta pesawat terbang, lantaran belum ada pesawat sejenis di dunia.
Belum lama ini, perusahaan Antonov mengumumkan dalam tweet, proyek pembangunan kembali telah dimulai, dengan "pekerjaan desain" sudah dalam waktu dekat.
Untuk menghidupkan kembali pesawat besar ini, perusahaan memperkirakan butuh dana lebih dari 500 juta euro. Pihak perusahaan juga dikatakan sudah memiliki sekitar 30 persen dari komponen yang dibutuhkan.
Awalnya, perusahaan pertahanan negara Ukraina Ukroboronprom, yang mengelola Antonov, telah mengeluarkan pernyataan yang memperkirakan biaya pemulihan lebih dari 3 miliar dolar AS, yang dijanjikan akan dibayar oleh Rusia. Pembangunan kembali akan memakan waktu setidaknya lima tahun, katanya pada saat itu.
Antonov kemudian mengonfirmasi kepada CNN bahwa proyek tersebut sedang dikerjakan.
"Proses pembangunan kembali pesawat bernama 'Mriya' tersebut dianggap sebagai proyek internasional, dengan partisipasi perusahaan penerbangan dari berbagai negara di dunia," katanya melalui email, melansir CNN 11 November.
"Kemungkinan menarik dana dari berbagai sumber sedang dipertimbangkan, dengan proposal dari banyak organisasi yang siap untuk bergabung dalam proyek sedang ditinjau."
Perusahaan mengatakan akan mengoordinasikan penelitian, desain dan perakitan, menegaskan masih ada unit badan pesawat utama untuk pesawat baru yang belum dihancurkan.
"Program ini berkembang untuk melakukan penilaian ahli terhadap unit-unit ini, untuk perhitungan dan pekerjaan desain selanjutnya," tulisnya, menambahkan bahwa pembangunan akan dilakukan "segera setelah kemenangan Ukraina."
Pengumuman tersebut bertepatan dengan peluncuran pameran yang didedikasikan untuk pesawat tersebut di Bandara Leipzig/Halle di Jerman, yang merupakan rumah bagi lima pesawat Antonov lainnya.
Pada pembukaan, Oleksiy Makeiev, Duta Besar Ukraina untuk Jerman, mengumumkan, meskipun dia telah terbang dengan "hampir semua pesawat AN, Mriya tetap menjadi mimpi bagi saya," dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh perusahaan.
"Kami berharap itu akan dipulihkan dan kami akan melihat burung perkasa ini di langit lagi," tambahnya.
Baca juga:
- Selamatkan Habitat Salmon, AS Setujui Pemindahan Empat Bendungan di Perbatasan California-Oregon
- Bicara di Telepon dengan Vladimir Putin, Presiden Erdogan: Upaya Diplomatik untuk Mengakhiri Perang Harus Dihidupkan Kembali
- Pengeboman Istanbul Turki: 17 Orang Bakal Disidang, Tiga Dibebaskan dan 29 Dideportasi
- Junta Myanmar Sebut Tidak Ada Negosiasi di Balik Pembebasan Ribuan Tahanan, Aktivis Bilang Trik Lama
Dijuluki 'Mriya', bahasa Ukraina untuk 'mimpi', pesawat besar itu dibangun pada 1980-an untuk membawa pesawat ulang-alik Uni Soviet.
Kehancurannya diumumkan pada 27 Februari 2022, dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba men-tweet bahwa "Rusia mungkin telah menghancurkan 'Mriya' kami. Tetapi mereka tidak akan pernah dapat menghancurkan impian kami akan negara Eropa yang kuat, bebas, dan demokratis."
Perusahaan Antonov mengatakan pada saat itu bahwa mereka tidak dapat memverifikasi kondisi pesawat. Sementara, jurnalis CNN Vasco Cotovio mencatat, hidung pesawat tampaknya telah menerima "serangan artileri langsung" dan "hancur total" ketika dia melihatnya pada Bulan April.
"Ada kerusakan parah pada sayap dan beberapa mesin. Bagian ujung ekor terhindar dari benturan besar dan memiliki beberapa lubang yang disebabkan oleh pecahan peluru atau peluru," sebutnya saat itu, memperkirakan bahwa perbaikan tidak mungkin terjadi.