Pantauan Netray: Partai Nasdem dan Anies Baswedan Paling Populer di Media Sosial
JAKARTA - Popularitas Partai Nasdem berdasar penyebutan atau mention di media massa online dan Twitter setidaknya pascadeklarasi Anies Baswedan sebagai calon presiden semakin meningkat. Berdasar hasil pantauan Media Monitoring Netray periode 21-27 Oktober 2022, Partai Nasdem mendapat 87.152 penyebutan.
Sementara, urutan selanjutnya adalah Golkar dengan 41.180 penyebutan, PDI Perjuangan 25.180, Partai Demokrat 24.930, dan PKS 19.638 kali penyebutan.
Lima partai berikutnya adalah Gerindra 13.717, PSI 11.330, PPP 8.079, PKB 7.561, dan PAN 6.180 kali penyebutan.
Sedangkan lima partai terendah, yakni Perindo 3.093, Partai Garuda 450, Partai Ummat 410, Hanura 209, dan Partai Gelora 100 kali penyebutan.
“Partai Nasdem masih menjadi parpol yang paling banyak disebut seperti periode pekan lalu. Sedangkan posisi 2-5 terjadi pergantian posisi, dimana Golkar pekan ini melesat ke posisi 2 dari pekan sebelumnya di posisi 8, PDIP turun satu peringkat ke posisi 3, demikian pula Partai Demokrat yang turun satu peringkat ke posisi 4 dan PKS turun satu peringkat ke posisi 5,” tulis Netray.id.
Penyebutan Partai Golkar melesat kemungkinan karena pernyataan Presiden Jokowi ketika perayaan HUT ke-58 Golkar di Hall C Jiexpo Kemayoran, Jakarta Pusat pada 21 Oktober 2022.
Dalam acara yang dihadiri hampir oleh seluruh ketua umum partai politik tersebut, Jokowi berpesan agar partai politik tidak sembarang dalam memilih calon presiden dan calon wakil presiden yang akan diusung pada Pemilu 2024.
Calon presiden harus lah figur yang memiliki jam terbang tinggi dan berpengalaman.
“Dalam pembangunan sebuah negara penting sekali yang namanya stabilitas politik. Kita juga butuh stabilitas keamanan apalagi dalam situasi dunia yang sangat sulit, sulit dihitung, sulit dikalkulasi, sulit diprediksi,” ucap Jokowi.
Tak hanya partai politik, Netray juga melakukan pemantauan penyebutan terhadap popularitas tokoh politik pada periode sama. Terpopuler atau yang paling sering disebut di media online, Twitter, Instagram, TikTok, dan YouTube adalah Anies Baswedan dengan 64.369 kali penyebutan.
Urutan selanjutnya Agus Harimurti Yudhoyono 26.583, Ganjar Pranowo 24.201, Erick Tohir 24.098, dan Prabowo Subianto dengan 9.945 kali penyebutan.
Sementara, Ridwan Kamil, Puan Maharani, Moeldoko, Airlangga Hartarto, dan Andika Perkasa berada di papan tengah. Sementara lima terbawah adalah Muhaimin Iskandar, Khofifah, Sandiaga Uno, Susi Pudjiastuti, dan Gatot Nurmantyo.
“Kali ini, posisi tiga diisi oleh Ganjar Pranowo, menggeser Erick Thohir yang kini turun di urutan empat,” menurut Netray.id.
Ganjar Pranowo naik setelah pernyataannya ‘siap jadi capres jika ada yang mengusung’ ramai dibicarakan hingga berbuntut pemanggilan oleh DPP PDI Perjuangan.
Sedangkan Prabowo Subianto masih bertahan di urutan lima seperti periode sebelumnya.
Nasdem Siap Berkoalisi
Menghadapi Pemilu 2024, Partai Nasdem memang sudah mengambil ancang-ancang terlebih dahulu dengan mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden. Partai Nasdem kemungkinan besar akan berkoalisi dengan Demokrat dan PKS.
Koalisi tersebut rencananya akan dideklarasikan pada 10 November mendatang, tepat pada Hari Pahlawan.
Adapun terkait siapa yang akan mendampingi Anies sebagai calon wakil presiden, Koordinator Juru Bicara Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengatakan belum ada pembahasan lebih lanjut.
“Saat ini kami masih fokus membahas kriteria Cawapres, serta cara menentukannya. Belum membahas nama secara resmi, meskipun sudah masuk beberapa aspirasi,” kata Herzaky kepada wartawan, Senin (31/10).
Secara umum, terdapat 5 kriteria yang harus dimiliki pendamping Anies nanti. Yakni, memiliki integritas, kapabilitas, elektabilitas, chemistry, dan semangat memperjuangkan perubahan serta perbaikan.
Menurut Herzaky, integritas dan kapabilitas sangat penting. Jejak rekam dan kemampuan mengelola pemerintahan dapat menjadi modal utama mewujudkan perubahan dan perbaikan.
“Elektabilitas, karena kami ingin menang, bukan hanya bersama. Jadi, baik Capres maupun Cawapres harus memiliki elektabilitas yang tinggi, apalagi ketika dijadikan pasangan calon,” ucap Herzaky.
Mereka juga harus memiliki chemistry satu sama lain. Sehingga, bisa saling melengkapi dan saling mendukung.
“Bukan malah saling mendahului atau saling berkontestasi,” tandasnya.
Baca juga:
- Politik Jelang Pemilu 2024 Masih Dinamis: Apa Kriteria Pemimpin Indonesia Masa Depan?
- Xi Jingping Kembali Terpilih Sebagai Presiden China: Bagaimana Masa Depan Hubungan dengan Indonesia?
- Pesan Presiden Jokowi dan Realitas Partai Politik di Indonesia
- Meneladani Etika Berpolitik Liz Truss dan Suella Braverman