Serukan Taliban Cabut Pembatasan pada Perempuan dan Anak Perempuan, Duta Besar UEA: Ini Memungkinkan Apartheid Gender
JAKARTA - Duta Besar UEA untuk PBB Lana Nusseibeh tegas menyebut sebagai hal yang "tidak dapat diterima"m bahwa anak perempuan masih tidak diizinkan untuk menghadiri sekolah menengah di Afghanistan, lebih dari setahun setelah Taliban mengambil alih kekuasaan.
"Ini memungkinkan apartheid gender," kata Nusseibeh kepada Dewan Keamanan PBB, dalam pertemuan tahunan yang berfokus pada kepemimpinan perempuan sebagai jalan menuju perdamaian di wilayah yang dilanda konflik, melansir The National News 21 Oktober.
"Kami menemukan diri kami masih berjuang melawan kesalahpahaman tentang perempuan dan anak perempuan sebagai korban atau penyintas, tetapi bukan agen perubahan," tandasnya.
Lebih jauh Nusseibeh mengatakan, pengucilan perempuan Afghanistan dari kehidupan publik dan sosial adalah contoh lain, bagaimana kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan dapat terjadi dalam berbagai bentuk.
"Sekarang lebih dari sebelumnya, tindakan adalah bagian yang hilang," sebutnya.
"Kita harus berhenti berbicara tentang pemberdayaan perempuan dan hanya memberi mereka kekuatan," tukas Nusseibeh
Nusseibeh mengatakan, ketika perempuan berpartisipasi dalam ekonomi, "mereka lebih tahan terhadap kekerasan".
Baca juga:
- Politisi Oposisi Rusia Navalny Dikenakan Tuduhan Baru: Promosikan Terorisme, Ancaman Hukuman Dua Kali Lipat
- Warga Ukraina Alami Pemadaman Listrik Nasional, Presiden Zelensky Tuding Rusia Siapkan Bencana Besar di Wilayah Selatan
- Nilai Instruktur Militer Iran Bantu Pasukan Rusia Lancarkan Serangan Drone ke Ukraina, Kemlu AS: Kami Miliki Informasi Kredibel
- Liz Truss Mundur Dalam 45 Hari, Berikut Deretan PM Inggris yang Menjabat Kurang dari Setahun
Pada kesempatan yang sama, dia menekankan pentingnya perempuan mendapatkan akses ke teknologi, untuk membantu mereka mencapai kesetaraan ekonomi dengan laki-laki.
"Suara mereka perlu didengar dan diperkuat di sekolah, dengan teman sekelas mereka dan di semua aspek kehidupan publik di mana mereka berada," papar Nusseibeh.
"Mari beri mereka alat digital untuk bersaing di dunia yang sama dengan pria dan anak laki-laki," pungkasnya.