Meta Kembangkan Penerjemah AI untuk Bahasa yang Tidak Tertulis
JAKARTA - Meta sedang mengembangkan sistem Universal Speech Translator mereka, yang ke depannya diharapkan bisa melatih kecerdasan buatan untuk menerjemahkan ratusan bahasa secara real time.
Raksasa teknologi itu mengklaim telah menghasilkan kecerdasan buatan pertama yang menerjemahkan bahasa Hokkien, merupakan bahasa yang digunakan di seluruh Tawian, bisa diucapkan tapi tidak ditulis.
"Sistem terjemahan ini merupakan tonggak pertama untuk proyek Universal Speech Translator Meta AI, yang berfokus pada pengembangan sistem AI yang menyediakan terjemahan speech-to-speech secara real-time di semua bahasa, bahkan bahasa lisan," ujar Meta dalam sebuah pernyataan.
Tujuan dari proyek kecerdasan buatan Meta bukan hanya memudahkan penghuni metaverse mudah berinteraksi, namun juga untuk menerjemahkan lebih banyak bahasa yang tidak memiliki sistem penulisan formal.
Menurut perusahaan milik Mark Zuckerberg itu, ada hampir setengah dari sekitar 7.000 bahasa yang dikenal di dunia, empat dari sepuluh di antaranya ada tanpa komponen tertulis yang menyertainya.
Bahasa tidak tertulis ini menimbulkan masalah unik untuk sistem terjemahan pembelajaran mesin modern, karena mereka biasanya perlu mengubah ucapan verbal menjadi kata-kata tertulis sebelum menerjemahkan ke bahasa baru dan mengembalikan teks menjadi ucapan.
Baca juga:
- Biden Berikan Rp43 Triliun Untuk Meningkatkan Produksi Kendaraan Listrik di AS
- Google Luncurkan Widget Layar Kunci YouTube Music Baru ke iOS 16
- Regulator Persaingan India Denda MakeMyTrip dan Oyo karena Perilaku Monopolistik
- Pemerintah Jerman Targetkan Satu Juta Stasiun Pengisian Daya Listrik pada 2030
"(Untuk menyiasatinya) kami menggunakan terjemahan pidato-ke-unit (S2UT) untuk mengubah ucapan input ke urutan unit akustik secara langsung di jalur yang sebelumnya dipelopori oleh Meta,” jelas Zuckerberg yang dikutip dari Engadget, Kamis, 20 Oktober.
“Kemudian, kami menghasilkan bentuk gelombang dari unit. Selain itu, Unit diadopsi untuk mekanisme penguraian kode dua kali di mana dekoder jalur pertama menghasilkan teks dalam bahasa terkait (Mandarin), dan dekoder jalur kedua membuat unit,” imbuhnya.
Saat ini penerjemah bahasa Hokkien masih dalam proses karena kecerdasan buatan hanya dapat menerjemahkan satu kalimat pada satu waktu, tetapi sudah dirilis sebagai sumber terbuka sehingga peneliti lain dapat mengembangkannya.
Selain itu, perusahaan juga merilis SpeechMatrix yang merupakan kumpulan besar terjemahan speech-to-speech yang dikembangkan melalui perangkat pemrosesan bahasa alami Meta yang inovatif.