PKS Kritik Rencana Penggunaan Kendaraan Listrik, Malah Suruh Ganti dengan Mobil Esemka
JAKARTA - Anggota DPR dari Fraksi PKS Mulyanto mengkritik rencana pemerintah yang berencana mengganti semua mobil dinas berbahan bakar minyak (BBM) dengan mobil listrik. Kebijakan ini sesuai dengan perintah Presiden Joko Widodo melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 2022.
Menurut Mulyanto, rencana tersebut terlalu mengada-ada dan tidak mendesak untuk dilaksanakan. Mengingat, keuangan negara saat ini sedang tidak baik-baik saja.
Anggota Komisi VII DPR itu mengingatkan pemerintah agar menghemat anggaran negara untuk mengantisipasi kemungkinan resesi global di tahun-tahun mendatang.
Jika pemerintah tetap ngotot ingin mengganti kendaraan dinas pejabat dengan mobil listrik, Mulyanto menyarankan agar menggunakan mobil listrik buatan Esemka.
"Esemka itu merek lokal kebanggaan bangsa Indonesia. Kita harus apresiasi karya anak bangsa yang dikenalkan oleh Presiden Joko Widodo. Pabriknya sudah ada. Ordernya sudah banyak. Tinggal dikembangkan saja ke varian mobil listrik," ujar Mulyanto dalam keterangannya, Senin, 10 Oktober.
Mulyanto menilai, presiden tidak peka dengan kemampuan keuangan negara apabila sampai benar-benar melaksanakan program penggantian kendaraan dinas ini dengan menggunakan mobil merek lain.
Terlebih, kata dia, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, sudah memberi kode peringatan bahwa kondisi keuangan Indonesia ada pada posisi tidak aman.
Baca juga:
- Tak Hanya Ramah Lingkungan, Feri Listrik Ini Juga Miliki Fitur yang Mampu Menghindari Makhluk Hidup, Kurangi Mabuk Laut
- Hero, Produsen Motor Listrik Terbesar di India, Luncurkan Skuter Listrik Pertamanya
- PLTA Kayan Cascade dan Transformasi Energi
- Nio Tak Hanya Jual Mobil Listrik di Eropa, Tapi Juga Sewakan Mobil dan Baterai Secara Bulanan
Oleh karena itu, politikus PKS itu menegaskan, pemerintah perlu berhati-hati memilih program yang hanya memanjakan fasilitas aparat negara. Jika program tersebut tidak terlalu penting, kata Mulyanto, sebaiknya ditunda atau dibatalkan.
"Apalagi sekarang beredar kabar sudah ada beberapa pejabat negara yang cawe-cawe dalam program penggantian kendaraan dinas ini. Kita patut curiga keterlibatannya dalam program ini bukan untuk tujuan yang baik. Tapi untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya," kata Mulyanto.