5 Catatan untuk TNI yang Kini Sudah Berusia 77 Tahun
JAKARTA - Tentara Nasional Indonesia (TNI) memperingati HUT yang ke-77 pada Rabu, 5 Oktober. Komisi I DPR RI menilai, TNI sudah semakin matang dalam usia barunya.
Kematangan itu terlihat melalui berbagai upaya atau terobosan yang telah dilakukan selama ini. Baik ke dalam yang terkait dengan penataan organisasi, personel, peralatan, maupun keluar dalam upaya menjalankan tugas sesuai undang-undang, serta merumuskan bentuk ancaman dan tantangan yang dihadapi.
"Dari sisi kebijakan, saya mengapresiasi Panglima TNI yang selama ini melahirkan terobosan, mulai dari rekrutmen prajurit, kebijakan ramah gender dan humanis, serta penegakan hukum terhadap personil sebagai bentuk responsifnya TNI dengan perkembangan dan dinamika sesuai kebutuhan zaman," ujar Anggota Komisi I DPR RI, Christina Aryani, kepada wartawan, Rabu, 5 Oktober.
Namun terlepas dari capaian yang ada, lanjut Christina, HUT yang ke-77 ini menjadi saat yang tepat untuk mengingatkan beberapa pekerjaan rumah bagi TNI.
Pertama, terkait peningkatan kesejahteraan prajurit yang membutuhkan dukungan anggaran. Komisi I DPR, kata Christina, berkomitmen untuk mendorong agar segera ada solusi menyangkut penganggaran.
"Sehingga kesejahteraan prajurit bisa ditingkatkan," kata politikus Golkar itu.
Kedua, terkait peningkatan kemampuan dan kapasitas prajurit yang harus terus dikembangkan sesuai tantangan dan dinamika lingkungan strategis yang ada.
Bagi Komisi I DPR yang membidangi pertahanan itu, kapasitas dan kapabilitas prajurit TNI sebagai SDM unggul harus menjadi perhatian penting. Baik dari sisi pengetahuan kemiliteran, maupun akademik yang mumpuni dan terlatih.
"Dengan SDM unggul, kita yakin prajurit mampu mengawaki teknologi militer terkini. Seperti pemanfaatan unmanned system, baik robot maupun artificial intelligent dan juga cyber defense. Juga penting bagi tamtama dan bintara untuk memiliki kemampuan berbahasa Inggris," jelasnya.
Ketiga, TNI harus tetap memastikan dirinya solid, tidak mudah diadu domba, menciptakan friksi-friksi apalagi sampai muncul di permukaan dan menjadi konsumsi masyarakat luas.
"Soliditas menjadi harga mati, karena di situ kita menjaga marwah institusi ini agar tetap disegani," tegas Christina.
Keempat, menjelang tahun-tahun politik ke depan Komisi I DPR mengingatkan agar TNI tetap mampu menjaga sumpah prajurit untuk tetap tegak lurus pada politik negara, bukan politik praktis.
Baca juga:
- Catatan Tragedi Stadion Kanjuruhan: Ketidakdewasaan Suporter adalah Cerminan Kualitas Pendidikan Indonesia
- Penonton Masuk ke Lapangan Tidak Dibenarkan, Sudah Diatur dalam Kode Disiplin PSSI
- Di FIFA Stadium Safety and Security Regulations, Penggunaan Gas Air Mata Sudah Dilarang Tapi Kenapa Muncul di Kanjuruhan Malang?
- 28 Polisi Diduga Langgar Kode Etik di Balik Tragedi Maut Kanjuruhan Malang
"Apalagi, dimanfaatkan untuk urusan-urusan politik kekuasaan," katanya.
Kelima, tantangan kelompok separatis khususnya di Papua yang cenderung meningkat eskalasinya harus menjadi perhatian khusus. Sehingga upaya humanis yang dilakukan dapat berhasil dengan baik.
"Semoga TNI kita makin maju, modern dan profesional. Dirgahayu TNI ke 77, TNI adalah kita," pungkas Christina Aryani.