Tanggapi Provokasi Rudal Korea Utara, Korea Selatan Jatuhkan Dua Bom Presisi
JAKARTA - Korea Selatan mengerahkan kekuatan militernya, sebagai respon peluncuran rudal balistik jarak menengah (IRBM) Korea Utara pada Selasa pagi, menjatuhkan dua bom presisi ke sasaran tembak di Laut Barat.
Menurut Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS), empat pesawat tempur F-15K Angkatan Udara Republik Korea dan empat pesawat tempur F-16 Angkatan Udara AS berpartisipasi dalam latihan bersama pada Selasa sore
Dalam latihan tersebut, F-15K Korea Selatan menjatuhkan bom Joint Direct Attack Munition (JDAM) ke sasaran di pulau tak berpenghuni Jikdo, sekitar 50 kilometer dari Gunsan, Provinsi Jeolla Utara.
"Penerbangan gabungan dan latihan serangan presisi menunjukkan, Korea Selatan dan AS berkomitmen untuk menanggapi dengan tegas setiap ancaman dari Korea Utara, memiliki kemampuan luar biasa untuk menyerang sumber provokasi dengan tepat," kata JCS dalam sebuah pernyataan, melansir Korea Times 4 Oktober.
JDAM adalah bom presisi yang dibuat dari bom konvensional terarah yang ditingkatkan dengan sistem pemandu. Ini digunakan pada target yang membutuhkan akurasi ekstra, seperti artileri jarak jauh yang ditempatkan di dalam gua atau bunker.
Latihan serangan udara dilakukan setelah JCS mendeteksi rudal balistik jarak menengah (IRBM) diluncurkan pada pukul 7:23 pagi dari Mupyong-ri di Provinsi Jagang Utara.
Rudal itu terbang sekitar 4.500 kilometer di atas Jepang pada ketinggian maksimum 970 kilometer dan kecepatan Mach 17. Mengingat lintasan, kecepatan dan lokasi peluncuran, para ahli mengatakan, rudal itu bisa menjadi IRBM Hwasong-12, yang diuji tembak Korea Utara pada 30 Januari lalu.
Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengecam peluncuran tersebut, mengatakan "provokasi nuklir sembrono" Pyongyang akan menghadapi tanggapan tegas dari masyarakat internasional.
"Seperti yang Anda lihat, Korea Utara menembakkan rudal jarak menengah dengan jarak 4.000 kilometer di atas Jepang," ujar Yoon kepada wartawan saat memasuki kantor kepresidenan di Distrik Yongsan, Seoul.
"Seperti yang saya nyatakan sebelumnya pada Hari Angkatan Bersenjata 1 Oktober, provokasi nuklir yang sembrono ini pada akhirnya akan menghadapi konsekuensi serius dari militer kami, pasukan sekutu, dan komunitas internasional," tandas Presiden Yoon.
Diketahui, Korea Utara telah meluncurkan delapan rudal balistik sejak 25 September. Sementara, peluncuran hari ini adalah pertama kalinya Pyongyang menembakkan rudal ke arah Jepang sejak September 2017.
Baca juga:
- Kementerian Dalam Negeri Rusia Buka Pusat Perekrutan Tentara untuk Orang Asing, Dapat Hak untuk Jadi Warga Negara
- AS Berencana Tambah Bantuan Militer untuk Ukraina: Rogoh Kocek Rp9,5 Triliun, Kirim HIMARS hingga Ratusan Kendaraan Antiranjau
- Kecam Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara: AS Pastikan Bela Korea Selatan dan Jepang, Tapi Tetap Terbuka untuk Dialog
- Swedia Kirim Kapal Canggih Selidiki Kebocoran Pipa Gas Nord Stream di Laut Baltik
Terpisah, ahli menafsirkan peluncuran Selasa sebagai awal dari uji coba senjata nuklir ketujuh.
"Peluncuran hari ini dilihat sebagai upaya menuju uji coba nuklir ketujuh rezim, mengingat rezim melakukannya lima tahun lalu," kata Go Myong-hyun, seorang peneliti di Institut Studi Kebijakan Asan.
Pada tahun 2017, Korea Utara meluncurkan rudal Hwasong-12 di atas Jepang pada 29 Agustus dan 15 September. Di antara peluncuran tersebut, Pyongyang melakukan uji coba senjata nuklir keenam pada 3 September.
"Mungkin ada tes lain untuk rudal balistik antarbenua sebelum uji coba nuklir ketujuh. Dan kemungkinan besar Korea Utara akan melakukan tes ketujuh sebelum pemilihan paruh waktu Amerika Serikat November mendatang.