Misteri Surat Cinta Gay Komposer Frédéric Chopin yang Timbulkan Perdebatan
JAKARTA - Wartawan Swiss Moritz Weber menyebabkan kekisruhan di Polandia pekan ini dalam siaran radio berjudul Chopin's Men.
Frédéric Chopin tetap menjadi ikon di negara kelahirannya hampir dua abad setelah kematiannya. Negara yang terkenal homofobik itu mengagungkan sang komposer sebagai ikon nasional.
Nama Frédéric Chopin menghiasi bandara terbesar Warsawa serta taman, jalan, dan bangunan umum. Menyusul keberhasilan beberapa komposisi musik awal yang ia buat, Chopin meninggalkan Warsawa ke Paris dan tidak pernah kembali.
Namun, sebagai salah satu selebritas musik paling awal, Polandia memproklamirkannya sebagai pahlawan nasional setelah kematiannya.
Meskipun Chopin tidak pernah menikah, film dan buku selama bertahun-tahun membuat banyak keterikatan romantisnya dengan berbagai wanita. Namun, Moritz Weber mengungkap tidak dapat menemukan bukti nyata tentang hubungan apa pun antara Chopin dengan wanita.
Baca juga:
Bahkan Institut Fryderyk Chopin di Polandia mengakui tidak ada bukti tertulis yang menunjukkan bahwa sang komposer tergila-gila pada wanita. Mereka mengandalkan bukti anekdot dari anggota keluarga Chopin.
Satu-satunya korespondensi yang pernah ditemukan antara sang komposer dan keterikatan romantisnya dengan wanita ternyata palsu!
Namun, Weber menemukan banyak bukti konten homoerotisme (ketertarikan seksual kepada sesama jenis) dalam korespondensi sang komposer.
Chopin sering menulis kepada teman masa kecilnya Tytus Wojciechowski, memanggilnya 'tersayang dalam hidupku' dan menutup tulisan dengan kata-kata 'Kirimkan aku ciuman, kekasih tersayang'.
Dalam satu surat, dia sama sekali tidak meragukan perasaannya terhadap temannya itu.
“Kamu tidak suka dicium. Tolong, biarkan aku melakukannya hari ini. Kamu harus membayarku untuk mimpi kotor yang aku alami tentangmu tadi malam."
Sebaliknya, Institut Fryderyk Chopin tidak melihat hal itu sebagai indikasi homoseksualitas.
“Jika Anda membacanya dalam bahasa asli Polandia, kedengarannya sedikit berbeda," kata pihak Institut Fryderyk Chopin melansir qnews.com.
“Cara Chopin menggunakan bahasa sangat musikal dan rumit, untuk menerjemahkan semua itu adalah kegilaan.”