Vaksinasi adalah Kunci Hentikan Penularan COVID-19 dan Negara Bisa Berhemat Rp500 Triliun
JAKARTA - Pemerintah secara serius berupaya memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap dampak pandemi COVID-19. Pemerintah terus melakukan upaya testing, tracing, dan treatment, serta edukasi 3M guna menekan penularan COVID-19.
Pemerintah juga menanggung biaya perawatan rumah sakit bagi pasien COVID-19, yang berdasarkan hasil survei menunjukkan rata-rata dikeluarkan biaya perawatan Rp184 juta per orang. Selain biaya yang besar masyarakat yang terdampak COVID-19 tidak bisa bekerja secara produktif sehingga menurunkan pendapatan mereka.
Belum lagi kerugian apabila ada warga negara yang meninggal di usia produktif. Tentu hal tersebut akan menjadi beban biaya bagi keluarga yang ditinggalkan pasien.
"Apabila kita bisa disipilin menjalankan protokol kesehatan 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak aman), dan pemerintah aktif menjalankan 3T (Tracing, Testing, Treatment), kita dapat menghemat kerugian negara yang lebih besar lagi, kita bisa menghemat sampai Rp500 triliun, dan menggunakannya untuk membangun ekonomi Indonesia," ujar Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Hasbullah Thabrany dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Jumat 27 November.
Ia mengatakan hal tersebut pada acara Dialog Produktif bertema “Memaksimalkan Pengelolaan Kesehatan Lewat Vaksinasi” yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Kamis 26 November kemarin.
Saat ini ia mengatakan, pemerintah memang menanggung biaya rumah sakit melalui anggaran Kementerian Kesehatan. Kalau dirawat lebih dari 30 hari apalagi harus masuk ICU, biayanya bisa Rp15 juta per hari, sehingga pengeluarannya bisa lebih dari seratus juta.
"Tapi masyarakat perlu pahami, meski ditanggung negara maka jangan merasa nyaman dan tidak peduli menjalankan protokol Kesehatan. Ingat pada saat dirawat kita menjadi tidak produktif, itu sudah kehilangan banyak pendapatan per harinya. Belum lagi setiap hari pasien merasa khawatir dengan kondisi kesehatannya, ini yang tidak bisa dihitung oleh uang," jelas Hasbullah.
Cara terbaik agar masyarakat dan negara tidak merugi lebih besar lagi adalah dengan mencegah, jangan sampai terkena COVID-19. Oleh karena itu Hasbullah menyarankan untuk disiplin menjalani protokol kesehatan 3M.
"Kalau nanti sudah ada vaksin, kita tambah dengan vaksin. Meskipun harga vaksin belum keluar nilainya, tapi misalnya harganya nanti katakanlah Rp200.000, investasi ini akan memberikan kita peluang lebih aman daripada berisiko besar terinfeksi dan memerlukan pengobatan," terangnya.
"Biayanya sangat berat kalau terkena COVID-19, apalagi nanti tidak mau divaksinasi. Hidup bisa tidak nyaman karena risiko mengeluarkan Rp200 juta-300 juta apabila terinfeksi. Vaksin terbukti mampu memberikan ketenangan, pada contohnya kasus penyakit TBC, karena hampir semua orang sudah divaksinasi BCG, kita bisa tenang menjalani kehidupan," imbuh Hasbullah.
Baca juga:
Tidak hanya merugikan secara ekonomi, namun juga penyakit ini sangat serius dan memang perlu penanganan ekstra. Icha Atmadi, salah seorang penyintas COVID-19 mengatakan, untuk gejala paling ringan pun bisa terasa sakit baik bagi fisik maupun mental.
"Apalagi bagi mereka yang mengalami gejala berat, seperti yang dialami ayah saya waktu itu, yang memerlukan alat bantu pernafasan. Perasaan cemas yang dirasakan itu seperti setiap hari akan menghadapi kematian," ujar Icha.
Apabila biaya perawatan Icha Atmadi dihitung dan ditanggung secara mandiri, bisa mencapai ratusan juta rupiah selama 45 hari menjalankan perawatan. Hanya saja biaya perawatan Icha dan keluarga serta pasien COVID-19 lainnya saat ini ditanggung negara.
Dari pengalaman Icha Atmadi membenarkan pernyataan Prof. Hasbullah bahwa semua pasien COVID-19 baik yang gejalanya ringan, sedang, maupun berat, mengalami titik terendah sehingga membuat seseorang lebih mengintrospeksi diri.
"Ayah saya sampai mendapatkan beberapa suntikan infus, belum lagi ditambahkan alat bantu pernaasan, serta alat pendukung dan tindakan medis lainnya. Jadi benar-benar mencemaskan waktu itu," tutur Icha.