Pemerintah Terlalu Fokus Pemulihan Ekonomi, Faisal Basri Ingatkan Bahaya Kenaikan Kasus seperti Iran

JAKARTA - Pandemi COVID-19 hingga saat ini belum berakhir. Bahkan di berbagai negara di dunia kasus positif justru memasuki gelombang kedua hingga ketiga.

Salah satunya adalah Iran yang sempat mengalami penurunan, namun kasus positifnya kembali naik tak terkendali. Ekonom senior Faisal Basri mengingatkan pemerintah untuk berkaca pada pengalaman Iran.

Faisal mengatakan, penyebab kenaikan kasus yang tak terkendali di Iran adalah karena terlalu percaya diri alias pede terhadap penanganan COVID-19. Akibatnya, pada 15 November, pemerintah setempat memberlakukan lockdown hampir diseluruh kota di Iran.

Lebih lanjut, Faisal menilai, apa yang dialami Iran saat ini, juga bisa terjadi di Indonesia. Hal ini karena pemerintah terlalu fokus pada pemulihan ekonomi. Padahal, kata dia, masalah utamanya adalah COVID-19.

"Kita kelihatannya mirip dengan Iran. Kita berharap tidak seperti Iran yang telah mengalami tiga gelombang sekarang, karena abai dan terlalu pede," tuturnya, dalam diskusi virtual, Kamis, 26 November.

Menurut Faisal, fokus pemerintah harus diubah. Karena, kata dia harus diakui yang menjadi titik utama adalah ekonomi. Hal ini dibuktikan dengan adanya libur panjang guna mendorong pariwisata bangkit.

"Misalnya apa? Libur bersama untuk mendorong pariwisata. Tapi membuat sektor pariwisata semakin terpuruk dan kian lama (pulih). Mudah-mudahan tidak (seperti Iran), harus diusahakan agar tidak terjadi," tuturnya.

Faisal juga mewanti-wanti pemerintah untuk fokus pada penanganan pandemi ketimbang ekonomi. Hal ini karena pertambahan kasus aktif di Indonesia sudah semakin tinggi angkanya. Bahkan 98,2 persen kabupaten/kota juga sudah terjangkit dan hanya tinggal 9 persen saja yang belum. 

Ia mencontohkan, penambahan kasus 50 ribu awalnya selama 116 hari. Namun turun menjadi 12 hari, kemudian lebih baik lagi dengan 15 hari. Tapi terakhir cuma butuh 11 hari untuk mencapai 500 ribu dari 450 ribu kasus.

"Jadi memburuk kondisinya. Bagaimana kita memprediksi ekonomi kalau kondisinya seperti ini. Kuncinya adalah di COVID-19 tidak diragukan lagi," tuturnya.