Penelitian Terbaru Ungkap TikTok Jadi Sarang Informasi yang Menyesatkan

JAKARTA - TikTok telah lama menjadi platform pilihan untuk melihat video yang menarik, tetapi siapa sangka aplikasi video tersebut ternyata adalah sarang dari informasi yang menyesatkan.

Siapa pun yang menggunakan TikTok untuk mempelajari tentang COVID-19, perubahan iklim atau invasi Rusia-Ukraina kemungkinan akan menemukan informasi yang menyesatkan.

Hal itu terbukti dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh NewsGuard, sebuah perusahaan yang kerap memantau informasi yang salah.

Para peneliti mengklaim hampir 20 persen dari hasil pencarian sampel untuk topik berita utama menampilkan informasi yang salah. Klaim palsu tersebut mulai dari invasi Rusia ke Ukraina hingga vaksin COVID-19 dan serangan 6 Januari 2021 di gedung US Capitol.

Mereka, para peneliti menemukan bahwa dengan mengetik pertanyaan yang tidak berbahaya juga dapat menampilkan saran yang penuh dengan informasi salah.

Misalnya saja mencari kata "perubahan iklim" dan TikTok akan menampilkan hasil penolakan ilmu iklim. Selain itu, mereka juga menemukan bahwa hampir 1 dari 5 video yang secara otomatis disarankan oleh platform berisi informasi yang salah.

Pencarian informasi tentang “vaksin mRNA” juga menghasilkan lima video (dari 10 pertama) berisi informasi yang salah, termasuk klaim tak berdasar bahwa vaksin COVID-19 menyebabkan kerusakan permanen pada organ penting anak-anak.

Steven Brill, pendiri NewsGuard mengatakan jumlah informasi yang salah dan kemudahan untuk menemukannya sangat meresahkan, mengingat TikTok sangat populer di kalangan anak muda.

Brill juga mempertanyakan apakah induk perusahaan TikTok, ByteDance melakukan upaya yang cukup untuk menghentikan informasi yang salah, atau apakah mereka sengaja membiarkan informasi yang salah berkembang biak di sana.

Menanggapi hal ini, kepada NBCBoston, Kamis, 15 September, juru bicara TikTok mengatakan mereka tidak mengizinkan informasi yang salah dan berbahaya pada platform mereka, dan mengaku telah menghapus terkait hal itu.

TikTok sendiri telah berupaya menghapus informasi yang salah hampir sebanyak 350.000 video yang terkait dengan pemilihan presiden AS 2020 pada akhir tahun tersebut.

Di samping itu, perusahaan menggunakan AI untuk menyaring video, dan menarik klip yang ditandai secara otomatis atau mengirimkannya ke moderator manusia.

Namun, pendekatan ini tidak menangkap cukup banyak akun yang melanggar aturan, terutama mereka yang menghindari penggunaan kata kunci yang mudah terdeteksi AI.