Akun Twitter dan Telegram Bjorka Kembali, Bjorka: Misi Saya Hanya untuk Membantu Siapa yang Membutuhkan Bantuan

JAKARTA - Nama Bjorka beberapa waktu ini ramai menjadi perbincangan. Bukan tanpa sebab, nama Bjorka viral karena aksinya yang membocorkan data masyarakat Indonesia. 

Kebocoran data itu mulai dari data pelanggan IndiHome, PLN, registrasi kartu SIM, dan juga data pemilih di Indonesia. 

Karena aksinya, pada hari Minggu kemarin akun @bjorkanism ditangguhkan, begitu juga dengan grup telegramnya. 

Namun, tidak butuh waktu lama, menurut pantauan VOI tampaknya Bjorka sudah membuka akun barunya sekitar pukul 10.11 pagi ini. 

Ketika baru membuka Twitternya, Bjorka langsung menegaskan bahwa kemunculannya bukan sebagai pengalihan isu dari kasus Ferdy Sambo yang saat ini masih berlanjut. 

"Jika ada yang mengira saya di sini untuk mengalihkan kasus Sambo, saya bahkan tidak tahu siapa dia. Tapi aku akan membantu untuk membuat @ListyoSigitP mendengarkan desakanmu," tulis Bjorka dalam cuitannya Senin, 12 September. 

Tidak hanya itu, Bjorka juga menyindir Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate yang diklaim mengganti nomor telepon nya setelah data personalnya dibocorkan pada hari Sabtu lalu. 

"Kenapa Anda mengganti nomor telepon AS @PlateJohnny? apakah benar adanya angka Indonesia bukan lagi aman untuk digunakan?" sindirnya. 

Belum berhenti sampai disitu, Bjorka juga membuat grup telegram baru, di sana ia kembali membagikan data personal (NIK, KK, nomor telepon, alamat rumah, dll) Menkomarves Luhut Panjaitan, Mendagri Tito Karnavian, Gubernur Jakarta Anies Baswedan, dan juga nomor telepon baru dari Menkominfo. 

Bjorka yang awalnya membocorkan data masyarakat Indonesia kini berbalik membocorkan data orang-orang pemerintah.

"Ya itu hari terbalik. sebelumnya hanya informasi identitas pribadi warga negara indonesia yang bocor, sekarang para pemimpin juga bisa merasakannya. Sangat menyenangkan bukan?" katanya. 

Bjorka mengatakan bahwa misinya hanyalah untuk membantu siapa saja yang membutuhkan bantuan. 

"Termasuk membantu warga negara indonesia yang ingin menghubungi dan bertanya kepada pimpinannya. Setidaknya mereka merasakan bagaimana rasanya menerima spam," tutur Bjorka.