Liz Truss Difavoritkan Terpilih Sebagai Pemimpin Partai Konservatif Sekaligus PM Inggris

JAKARTA - Liz Truss difavoritkan terpilih sebagai pemimpin Partai Konservatif, sekaligus Perdana Menteri Inggris yang baru, di tengah krisis biaya hidup, kerusuhan industri dan resesi yang tengah terjadi di negara itu.

Pengumuman siapa yang akan menjadi PM Inggris menggantikan Boris Johnson akan dilakukan pukul 11.30 GMT, setelah persaingan ketat Trus dengan mantan menteri keuangan Rishi Sunak selama berminggu-minggu.

Pada Hari Selasa, pemenang akan melakukan perjalanan ke Skotlandia untuk bertemu Ratu Elizabeth II, yang akan meminta pemimpin baru untuk membentuk pemerintahan, melansir Reuters 5 September.

Pemenang diketahui akan menjadi perdana menteri keempat Konservatif sejak pemilihan 2015. Selama periode itu, Inggris telah diterpa beragam krisis, dengan sekarang menghadapi apa yang diperkirakan akan menjadi resesi panjang, dipicu oleh inflasi yang meroket mencapai 10,1 persen pada Bulan Juli.

Menjabat sebagai menteri luar negeri di bawah PM Boris Johnson, Truss telah berjanji untuk bertindak cepat guna mengatasi krisis biaya hidup Inggris.

Ia mengatakan akan membuat rencana untuk mengatasi tagihan energi yang meningkat dalam waktu seminggu, mengamankan pasokan bahan bakar di masa depan.

Berbicara dalam sebuah wawancara TV pada hari Minggu, dia menolak untuk memberikan rincian langkah-langkah yang katanya akan meyakinkan jutaan orang yang takut mereka tidak akan mampu membayar tagihan bahan bakar.

Dia telah memberi isyarat selama kampanye kepemimpinannya, akan menantang konvensi dengan menghapus kenaikan pajak dan memotong pungutan lain yang menurut beberapa ekonom akan memicu inflasi.

Itu, ditambah janji untuk meninjau kewenangan Bank of England sambil melindungi independensinya, menyebabkan beberapa investor untuk membuang poundsterling dan obligasi pemerintah.

Institute for Fiscal Studies bulan lalu meragukan Perdana Menteri Inggris berikutnya, memiliki ruang untuk melakukan pemotongan pajak yang besar dan permanen.

Jika terpilih, Truss menghadapi daftar tugas yang panjang, mahal dan sulit, yang menurut anggota parlemen oposisi adalah hasil dari 12 tahun pemerintahan Konservatif yang buruk.

Sementara itu, anggota parlemen Konservatif veteran David Davis menggambarkan tantangan yang akan dihadapi Truss sebagai perdana menteri, 'mungkin yang paling sulit kedua dari perdana menteri pasca-perang', setelah Konservatif Margaret Thatcher pada tahun 1979.

"Saya sebenarnya tidak berpikir salah satu kandidat, tidak satu pun dari mereka yang melaluinya, benar-benar tahu seberapa besar ini akan terjadi," tukas Davis, seraya menambahkan bahwa biayanya bisa mencapai puluhan miliar poundsterling.

Truss mengatakan dia akan menunjuk kabinet yang kuat, mengesampingkan apa yang disebut oleh satu sumber yang dekat dengannya sebagai 'gaya presidensial' dari pemerintahan.