Cimory, Produsen Susu dan Yoghurt Milik Konglomerat Bambang Sutantio Berjanji Tidak Akan Naikkan Harga Produk, CFO: Kami Para Direksi Berpikir Jangka Panjang
JAKARTA - Chief Financial Officer (CFO) PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY), Bharat Shah Joshi mengakui salah satu kunci daya tahan produsen yogurt Cimory ini adalah hubungan yang baik dengan para supplier, kendati saat ini situasi ekonomi global belum pulih seperti yang ia harapkan.
Namun Bharat bersama dengan para direksi emiten lainnya tetap bertekad untuk tidak akan menaikan harga produk, kendati sejak perang Rusia dan Ukraina, mulai terasa adanya kenaikan harga-harga bahan baku.
"Kami para direksi berpikir jangka panjang. Kalau menaikkan harga produk ini kan solusi jangka pendek," kata Bharat, dalam acara dalam "Emiten Talk", di Jakarta, Kamis 11 Agustus.
Mereka lebih memilih memikirkan dampak jangka panjang di samping kondisi keuangan yang masih cukup terbantu dengan kondisi kas keuangan yang masih cukup bertahan. Selain itu perusahaan milik konglomerat Bambang Sutantio ini juga tetap optimis, meski angka konsumsi susu masyarakat Indonesia yang masih jauh di bawah Malaysia dan Singapura.
Berdasarkan catatan BPS, untuk tahun 2020, jumlah konsumsi masyarakat kita masih di angka 16,27 Kg per kapita per tahun. Sementara Malaysia, 36,20 per kapita per tahun dan Singapura 50 Kg per kapita per tahun.
Baca juga:
- Produsen Susu dan Yogurt Cimory Bakal Raup Rp3,7 Triliun dari IPO, Digunakan untuk Apa Saja Dananya?
- Mimpi Konglomerat Bambang Sutantio 'Resmi' Tercapai, Cimory 'Melantai' di Bursa Efek Indonesia dengan Raihan Dana Rp3,66 Triliun
- 'Saya Hanya Ingin Menghasilkan Produk yang Enak Dikonsumsi Keluarga Saya Sendiri', Visi Konglomerat Bambang Sutantio Mendirikan Cimory
Bharat juga menyampaikan rasa optimismenya menatap tantangan ke depan mengingat, skill dan kompetensi SDM perusahaannya yang tidak kalah dibanding dengan SDM-SDM perusahaan multinasional.
"Dulu mungkin SDM kita kalah jauh dengan multinasional. Tapi saat ini kami lihat mereka sudah jauh lebih mempunyai skill yang memadai dan mampu berpikir strategis dengan cepat. Hal ini kami buktikan kami mampu bertahan di tengah situasi sulit tapi mereka mampu dengan cepat mengambil keputusan di saat perusahaan multi nasional masih berpikir ulang," tuturnya.