CFO Mastercard Sachin Mehra: Cryptocurrency itu Kelas Aset, Bukan Alat Pembayaran

JAKARTA – Popularitas mata uang kripto terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir kendati dalam beberapa bulan belakangan harganya mengalami penurunan signifikan. Selain itu Bitcoin cs juga mulai diadopsi oleh sejumlah negara dan perusahaan sebagai alternatif pembayaran.

Merespon kondisi tersebut, pihak Mastercard menyatakan bahwa harga mata uang kripto terlalu fluktuatif untuk diklasifikasikan sebagai instrumen pembayaran yang cocok.

Pandangan ini disampaikan oleh Chief Financial Officer Mastercard Sachin Mehra. Dia menambahkan bahwa mata uang digital bank sentral (CBDC) dan stablecoin lebih cocok dijadikan sebagai alat tukar.

Banyak eksekutif raksasa layanan pembayaran telah menunjukkan sikap pro-kripto selama beberapa waktu terakhir, sementara perusahaan menandatangani banyak kemitraan yang memungkinkan solusi aset digital bagi pengguna.

Di sisi lain, Mehra percaya masa depan kripto cerah. Oleh karena itu, mata uang digital diklaim dapat membantu peralihan sistem pembayaran dari uang tunai ke elektronik.

“Kalau dipikir-pikir secara global, masih ada satu ton uang tunai yang masih harus dielektronikasikan,” kata Mehra, dalam wawancara dengan Bloomberg.

Kendati Bitcoin cs beserta teknologi yang mendasarinya telah memberikan manfaat bagi sistem keuangan, Mehra menilai bahwa cryptocurrency terlalu fluktuatif untuk dijadikan sebagai alat tukar.

“Jika sesuatu berfluktuasi nilainya setiap hari, sehingga kopi Starbucks Anda hari ini berharga $3 dan besok itu akan dikenakan biaya $9, dan sehari setelahnya akan dikenakan biaya satu dolar, itu masalah dari sudut pandang pola pikir konsumen,” ujar Mehra.

Sebab itu, Mehra memasukkan kripto ke dalam kategori kelas aset. Sedangkan stablecoin  dan CBDC dinilai berpotensi besar menjadi alat pembayaran karena harganya tidak fluktuatif seperti Bitcoin cs.

Sebagai informasi, CBDC adalah mata uang digital yang dikembangkan oleh bank sentral dan didukung oleh pemerintah. Karenanya CBDC bersifat tersentralisasi. Ini berbeda dengan cryptocurrency yang lebih terdesentralisasi. Kendati stablecoin termasuk ke dalam cryptocurrency, namun harganya terikat dengan mata uang fisik seperti dolar, euro, dan lainnya. Karena itu, harganya tidak fluktuatif.

Bersamaan dengan itu, Global Head of crypto and blockchain Mastercard, Raj Dhamodharan menilai bahwa mata uang kripto tidak merugikan investor. Menurutnya, cryptocurrency merupakan bagian dari “paket teknologi,” ini menjadikan mata uang kripto bersifat unik.

“Bitcoin bukan hanya tentang mata uang. Ini juga tentang rantai. Ini juga tentang kriptologi di baliknya dan desentralisasi dan semua itu,” pungkas Dhamodharan. Dia juga menyebut kemunculan NFT sebagai penemuan hebat, dikutip dari CryptoPotato.