Terakhir Dites Negatif COVID-19 Hari Selasa, Presiden Biden buat Protokol Keamanan COVID-19 Ketat di Gedung Putih

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden protokol COVID-19 yang ketat di Gedung Putih, dengan dirinya rutin dites COVID-19, sebelum mengumumkan dirinya positif COVID-19 Kamis.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden positif terinfeksi COVID-19 setelah menjalani tes, mengalami gejala ringan dan akan menjalani isolasi di Gedung Putih sambil tetap bekerja.

Dokter Gedung Kevin O'Connor dalam keterangan yang dirilis Kamis menyebut, Presiden Biden mengalami pilek, kelelahan dan sesekali batuk kering, gejala yang mulai ia alami pada Rabu malam. Dikatakannya, Presiden Biden mulai menggunakan pengobatan antivirus Paxlovid.

"Dia divaksinasi penuh dan dua kali menerima booster, mengalami gejala yang sangat ringan," kata sekretaris pers Karine Jean-Pierre dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 22 Juli.

Presiden Biden membuat protokol keamanan COVID-19 yang ketat di Gedung Putih, mendesak orang Amerika untuk menganggap serius virus itu dan berkampanye agar semua orang mendapatkan vaksinasi penuh.

Gedung Putih mengatakan, Presiden Biden menjalani tes COVID-19 secara teratur. Siapa pun yang bertemu dengannya atau bepergian dengannya, terlebih dahulu menjalani tes COVID-19. Terakhir, Presiden Biden dites negatif COVID-19 pada Hari Selasa.

Presiden Biden diketahui juga telah melepaskan maskernya saat tampil di acara-acara publik dalam beberapa bulan terakhir, dengan Gedung Putih mencabut syarat pengenaan masker pada Maret lalu.

"Bukan kepentingan mereka atau kepentingan publik untuk tidak divaksinasi. Kami memiliki kapasitas untuk mengendalikannya. Mereka harus divaksinasi sekarang," tegas Presiden Biden kepada wartawan di Pangkalan Udara Gabungan Andrews, merujuk pada orang-orang yang tidak divaksinasi, Hari Rabu.

Presiden Amerika Serikat menjalani pengobatan COVID-19 dengan menggunakan obat antivirus besutan Pfizer, Paxlovid, dengan kondisinya hanya mengalami gejala ringan dan telah menerima vaksin penuh serta dosis booster.

Diketahui, kasus COVID-19 di Amerika Serikat naik lebih dari 25 persen pada bulan lalu, menurut data CDC, karena subvarian BA.5 yang menyebar dengan cepat telah mengambil alih.

Mampu menghindari perlindungan kekebalan yang diberikan baik oleh vaksinasi atau infeksi sebelumnya, BA.5 telah menjadi subvarian dominan di Amerika Serikat setidaknya sejak awal Juli dan telah mendorong lonjakan infeksi baru secara global.