Flu Spanyol Mulai Mewabah di Nusantara dalam Sejarah Hari Ini, 18 Juli 1918
JAKARTA – Sejarah hari ini, 104 tahun yang lalu, 18 Juli 1918, wabah Flu Spanyol mulai menyebar ke berbagai penjuru Nusantara. Indikasi itu muncul sehubungan dengan hadirnya berita di surat kabar Bataviaasch Nieuusblad berjudul: De Epidemie.
Isinya menerangkan Flu Spanyol sudah merebak di seantero Nusantara dan meminta empunya kuasa untuk waspada. Apalagi Flu Spanyol belum ditemukan obatnya. Namun, bukan berarti penularan Flu Spanyol tak bisa dicegah. Pemerintah kolonial mengimbau untuk jaga jarak.
Kehadiran virus influenza jenis baru (kemudian dikenal Flu Spanyol) sempat dianggap remeh. Bahkan, sejak kasus Flu Spanyol yang paling awal ditemukan di lokasi latihan militer Kamp Funston, Kansas, Amerika Serikat (AS).
Wabah Flu Spanyol dianggap tak berhabaya oleh dokter setempat sejak 5 Maret 1918. Bak flu biasa, katanya. Anggapan itu nyatanya salah besar. Virus influenza yang diderita oleh prajurit di Kamp Funston terindikasi lebih ganas dan cepat menular. Buktinya, akhir bulan Maret 1.000 tentara AS terjangkit Flu Spanyol. Di antaranya ada 38 orang yang meninggal dunia.
Angka kematian itu dianggap sepi oleh otoritas Kamp Funston. Mereka yang dianggap sembuh pun langsung dikondisikan untuk membela negara pada Perang Dunia I. Mobilisasi tentara AS yang tinggi tak hanya mampu mengamankan blok sekutu dari serangan blok sentral, tapi juga membawa bala bencana lain. Flu Spanyol, namanya.
Virus influenza itu menyebar dengan cepat ke seantero Eropa, kemudian dunia. Benua Asia pun dibuat ketar-ketir karena angka kematian yang tinggi dari Flu Spanyol. Perlahan-lahan, Flu Spanyol mulai masuk ke Hindia-Belanda (kini: Indonesia). Semua itu karena abainya pemerintah kolonial Hindia-Belanda.
“Pada bulan April 1918, setelah melakukan pengamatan secara cermat, konsul Belanda di Singapura memberikan peringatan kepada Pemerintah Hindia Belanda di Batavia agar mencegah kapal-kapal dari Hongkong merapat di dermaga Batavia dan menurunkan penumpang disana. Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa Hong Kong telah dinyatakan terjangkit oleh influenza dan Pemerintah Inggris di Singapura juga telah mengeluarkan larangan bagi kapal-kapal itu menurunkan penumpang.”
“Kecuali hanya berlaku dan semua penumpangnya diperiksa oleh dokter yang telah ditunjuk Pemerintah Inggris. Peringatan tersebut ternyata tidak begitu diperhatikan oleh Pemerintah Batavia, kecuali hanya dengan melakukan tindakan pencegahan yaitu memperketat pengawasan terhadap kapal-kapal yang datang dari Hongkong, khususnya setelah transit di Singapura,” ungkap Arie Rukmantara dan kawan-kawan dalam buku Yang Terlupakan: Pandemi Influenza 1918 di Hindia-Belanda (2019).
Pemerintah kolonial Hindia-Belanda abai membaca tanda masuknya Flu Spanyol. Abainya Belanda tak ubahnya seperti dokter di Kamp Funston. Empunya kuasa meremehkan Flu Spanyol yang dianggap flu biasa.
Narasinya mudah ditebak. Flu Spanyol dicurigai telah masuk Indonesia sejak April 1918. Tiga bulan kemudian, Flu Spanyol diprediksi sudah menyebar ke seantero negeri. Indikasi itu diwartakan oleh surat kabar Bataviaasch Nieuusblad pada 18 Juli 1918.
“Istilah flu Spanyol mulai digunakan dalam artikel De Epidemie yang dimuat Bataviaasch Nieuusblad pada 18 Juli 1918. Artikel ini melaporkan flu Spanyol sudah menyebar di antara ratusan anggota batalion Belanda di Batavia. Dinas Kesehatan Sipil juga telah menerima laporan tentang merebaknya penyakit serupa di pantai timur Sumatra dan di Surabaya.”
“Penyakit ini disebut berkaitan dengan pandemi yang sedang menyerang seluruh dunia dan belum ditemukan obatnya. Artikel disertai imbauan mencegah penyebaran penyakit dengan cara segera meninggalkan pekerjaan dan mengisolasi diri jika terkena demam yang disertai keluarnya lendir. Jika batuk atau bersin, jauhi orang-orang dan jangan meludah di tanah!” tutup Moyang Kasih Dewi Merdeka dalam tulisannya di Majalah Tempo berjudul 1918-1919: Seperti Rumput Kering yang Tersulut Api (2020).
Kejadian Flu Spanyol menjadi wabah di Nusantara pada 18 Juli 1918 menjadi catatan sejarah hari ini.
Baca juga:
- Presiden Soekarno Tunjuk Soemarno Sosroatmodjo Sebagai Gubernur DKI Jakarta dalam Sejarah Hari Ini, 16 Juli 1965
- Beda Soekarno dan Jokowi Soal Sarinah: Dahulu Toko Serba Ada untuk Jelata, Kini Etalase Barang Mahal
- Disebut Sukses Menumpas Komunis, Wajah Soeharto Hiasi Sampul Majalah TIME dalam Memori Hari Ini, 15 Juli 1966
- Mantan Kapolri, Jenderal Hoegeng Imam Santoso Tutup Usia pada 14 Juli 2004