Kenapa Orang Lebih Suka Menghakimi daripada Mawas Diri? Kuncinya Kesadaran Emosi, Kata Ahli
YOGYAKARTA – Cara seseorang dalam mengekspresikan emosi berefek pada relasi dengan orang lain. Ketika seseorang tidak bertanggung jawab pada emosinya, bisa-bisa dengan mudah menghakimi. Menghakimi merupakan perilaku reaktif dalam menanggapi orang lain. Satu-satunya cara untuk lebih mawas diri dan enggak menghakimi, ualah dengan bertanggung jawab atas emosi, kecemasan, dan reaksi defensif kita.
Dalam The Change Triangle Hillary Jacobs Hendel, secara praksis dan universal menunjukkan bagaimana emosi bekerja dalam pikiran dan tubuh. Karena setiap orang memiliki emosi, maka untuk menghindari kekerasan, kecemasan, emosi, dan trauma, kita harus belajar tentang emosi, saran Hendel dilansir Psychology Today, Jumat, 8 Juli.
Segitiga perubahan emosi, bisa jadi rem agar tak mudah menghakimi, menuduh, dan menyalahkan satu sama lain. Kita perlu menghentikan siklus negatif dan berkomunikasi pada tingkat yang lebih dalam. Nah, alih-alih menuduh orang lain merendahkan kita, lebih baik menenangkan diri dengan bertanya pada diri sendiri ‘emosi apa yang sedang kualami’.
Baca juga:
Mudahnya, seseorang perlu mengidentifikasi, memberi nama, dan menghormati semua emosi inti seperti kemarahan, rasa malu, dan kecemasan. Sebenarnya, seseorang menghakimi dan menuduh orang lain merupakan pertahanan diri. Tetapi tidak tepat mengekspresikannya, bahkan bisa melukai diri sendiri dan orang lain. Itu mengapa seseorang lebih mudah menghakimi, daripada mawas diri. Karena mawas diri perlu kesadaran emosi.
Pikiran manusia, menurut Hendel, selalu membuat penilaian dengan cepat. Namun setiap orang dan setiap hubungan membutuhkan kesadaran emosional. Mengapa? Karena dengan berkesadaran emosional, kita memiliki penilaian yang baru untuk tumbuh dan terhubung satu sama lain secara otentik.