Diguyur Hujan Tanpa Henti, Pinggiran Kota Sydney Terendam Banjir, Puluhan Ribu Penduduk Mengungsi
JAKARTA - Perintah evakuasi baru dikeluarkan untuk puluhan ribu penduduk Sydney, Australia pada Hari Senin, setelah hujan tanpa henti memicu banjir untuk ketiga kalinya tahun ini di beberapa pinggiran kota dataran rendah.
Sistem bertekanan rendah yang intens di lepas pantai timur Australia diperkirakan akan membawa hujan lebat hingga Senin di seluruh New South Wales, setelah beberapa tempat di negara bagian itu dilanda hujan selama sekitar satu bulan selama akhir pekan.
Sejak Minggu, sekitar 30.000 penduduk di negara bagian New South Wales telah diberitahu untuk mengungsi atau diperingatkan mereka mungkin menerima perintah evakuasi.
Frustrasi membengkak di beberapa pinggiran kota di barat kota terbesar di Australia setelah banjir menenggelamkan rumah, pertanian, dan jembatan.
"Ini sangat menghancurkan. Kami tidak percaya," kata Walikota Camden Theresa Fedeli, melansir Reuters 4 Juli.
"Sebagian besar dari mereka baru saja keluar dari banjir terakhir, mendapatkan rumah mereka kembali ke tempatnya, bisnis mereka kembali ke tempatnya dan sayangnya kami mengatakan itu terjadi lagi," sambungnya.
Diketahui, curah hujan mencapai lebih dari 200mm turun di banyak daerah, dengan beberapa daerah lain mengalami curah hujan lebih tinggi mencapai 350mm sejak Sabtu.
Beberapa daerah dapat mendekati atau melebihi tingkat banjir yang terlihat pada Maret 2021 dan pada Maret dan April tahun ini, biro cuaca memperingatkan. Risiko banjir besar tetap ada meskipun sistem cuaca yang intens mungkin melemah pada Senin, katanya.
Terpisah, sebuah operasi sedang dilakukan untuk menyelamatkan 21 anggota awak dari sebuah kapal kargo, yang kehilangan daya di selatan Sydney dan berisiko tersapu ke darat, media lokal melaporkan.
"Ini adalah waktu yang sangat sulit selama berbulan-bulan untuk memiliki peristiwa banjir ini dari orang lain. Itu membuatnya lebih menantang," ujar Perdana Menteri New South Wales Dominic Perrottet dalam konferensi pers yang disiarkan televisi.
Sementara itu, Paul O'Neill, seorang warga dari Wisemans Ferry yang dilanda banjir, mengatakan dia membawa persediaan makanan dengan perahu untuk keluarganya yang terdampar setelah air yang naik memutus akses.
"Jalan runtuh dan belum diperbaiki sejak banjir terakhir, belum tersentuh. Jadi sekarang mereka menutup akses jalan kami dan kemudian feri, satu-satunya cara untuk pulang sekarang adalah dengan perahu," ujar O'Neill kepada Reuters.
Rekaman di media sosial menunjukkan pompa bensin, rumah, mobil, dan rambu-rambu jalan sebagian di bawah air sementara tempat sampah mengapung di jalan yang banjir. Kendaraan militer terlihat pergi ke jalan-jalan yang banjir untuk mengevakuasi keluarga yang terdampar.
Sekitar 100 milimeter (4 inci) hujan bisa turun dalam 24 jam ke depan di lebih dari 300 km (186 mil) di sepanjang pantai New South Wales dari Newcastle ke selatan Sydney, kata Biro Meteorologi.
Cuaca dapat memicu banjir bandang dan tanah longsor, dengan daerah tangkapan sungai sudah mendekati kapasitas penuh setelah fenomena La Nina, biasanya terkait dengan peningkatan curah hujan, melanda pantai timur Australia selama dua tahun terakhir.
Baca juga:
- Salah Arah Ekonomi Barat Kacaukan Produksi Pertanian Global, Presiden Putin: Kami Siap Penuhi Permintaan Petani Indonesia
- Presiden Putin Sebut Perusahaan Rusia Siap Ambil Bagian dalam Proses Pemindahan Ibu Kota ke IKN dan Pengembangan Nuklir Indonesia
- Kepada Presiden Jokowi, Putin Kenang Dukungan Rusia untuk Indonesia di Awal Kemerdekaan hingga Beragam Pembangunan
- Temui Vladimir Putin, Presiden Jokowi: Indonesia Tidak Memiliki Kepentingan, Kecuali Ingin Perang Berakhir, Rantai Pasokan Pangan, Pupuk, Energi Pulih
Perubahan iklim secara luas diyakini sebagai faktor yang berkontribusi terhadap peristiwa cuaca buruk yang sering terjadi, menurut Dewan Iklim.
Adapun Menteri Manajemen Darurat Federal Murray Watt mengatakan perubahan iklim harus dianggap "serius" karena seringnya terjadi banjir.
"Kenyataannya adalah kita hidup dalam iklim yang berubah," tukas Menteri Watt kepada televisi ABC.
Diketahui, cuaca buruk telah menunda peluncuran roket NASA yang dijadwalkan 24 jam pada Senin dari Pusat Antariksa Arnhem di Australia utara, kata operator Equatorial Launch Australia.