PDIP ke Anies Baswedan: Jakarta Perlu Tindakan Atasi Polusi Bukan dengan Kata
JAKARTA - Anggota DPRD DKI Gilbert Simanjuntak menegaskan, Jakarta perlu tindakan, bukan rangkaian kata dari Gubernur Anies Baswedan untuk merespon buruknya kondisi polusi udara Jakarta dalam dua pekan terakhir.
"Tidak perlu menata kata untuk memberi penjelasan soal penyebab dan hal lainnya. Yang diperlukan adalah tindakan. Jakarta butuh pemimpin, bukan pejabat," kata Gilbert di Jakarta, Senin 20 Juni dalam keterangannya yang dinukil dari Antara.
Hal ini, kata politisi PDI Perjuangan tersebut, karena Anies tidak menjadikan kualitas udara sebagai perhatiannya, terbukti sejak Jakarta kerap masuk kota dengan polusi udara terburuk di dunia, tidak memberikan respon apapun.
Menurutnya, Anies lebih fokus pada hal lainnya yakni calon presiden (Capres) 2024, ketimbang memikirkan kualitas udara Ibu Kota yang dua pekan belakangan menjadi kota dengan polusi udara tertinggi di dunia.
"Pilpres masih 14 Februari 2024 dan Anies masih menjabat sampai 16 Oktober 2022. Akan tetapi saat udara Jakarta mengalami polusi terberat di dunia, fokus Anies terlihat lebih ke pencapresan," ujar Gilbert.
Fokus Anies ke pencapresan disebutnya terlihat dari rencana peresmian Jakarta International Stadium (JIS) 26 Juni mendatang.
Ia juga menyesali Anies yang malah merespon setelah masuk satu dari tiga nama rekomendasi Capres partai NasDem.
"Segala hal mulai dari peresmian JIS dan berbagai kegiatan lainnya hingga Nasdem memunculkan nama Capres diberi pendapat olehnya," ujarnya.
Baca juga:
- Kualitas Udara Jakarta Kembali Terburuk Sedunia, PSI: Gubernur Asyik Bikin Jalur Sepeda dan Balap-balapan Saja
- China Perlu Tujuh Tahun untuk Menurunkan Polusi hingga 40 Persen, Amerika Serikat Butuh 30 Tahun untuk Penurunan 44 Persen
- Kualitas Udara Jakarta Lagi-lagi Terburuk Sedunia, PDIP: Anies Lebih Fokus Pencapresan
- Kabupaten Tangerang Ranking 1 Kualitas Udara Terburuk se-Indonesia
Berbagai program seperti edukasi masyarakat, pengurangan kendaraan bermotor pribadi, penggunaan masker dan lainnya juga dianggap tak berjalan.
"Jelas, polusi beracun ini mengurangi angka harapan hidup sebesar 4 tahun dan lebih berbahaya dari AIDS dan penyakit lainnya. Apakah ini bentuk ketidakpedulian karena mau nyapres?" katanya.
Menurut Gilbert, pencemaran udara yang sangat berbahaya ini jelas harus diatasi agar seluruh penduduk DKI tidak terkena dampaknya.
Seharusnya, lanjut dia, data kenaikan kasus gangguan pernafasan sudah terdeteksi karena sudah berlangsung lebih dari dua minggu, lalu apa yang harus dilakukan jajaran Pemprov DKI, termasuk pendidikan kepada masyarakat sudah harus disampaikan.
"Masyarakat perlu sadar agar mengurangi kendaraan pribadi dan menggunakan masker di luar rumah. Kebijakan ganjil-genap yang diperluas hingga 26 jalur sebaiknya dievaluasi karena walau dinyatakan mengurangi kemacetan, tetapi nyatanya polusi bertambah. Ini harus dilakukan langkah cepat," ucapnya.