Kualitas Udara Jakarta Kembali Terburuk Sedunia, PSI: Gubernur Asyik Bikin Jalur Sepeda dan Balap-balapan Saja 
ILUSTRASI ANTARA

Bagikan:

JAKARTA - Anggota Fraksi PSI DPRD DKI Jakarta Justin Adrian menilai  Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan belum serius memperbaiki kualitas udara di Jakarta.

Hal ini mengacu pada kondisi Jakarta kembali menjadi kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

Buruknya kualitas udara di Jakarta tercatat telah terjadi selama beberapa hari terakhir. Sementara pagi ini, lembaga data kualitas udara IQ Air menempatkan Jakarta sebagai kota paling berpolusi dengan indeks kualitas udara menduduki angka 173 pada Senin, 20 Juni per pukul 09.35 WIB.

Justin menyebut, tingginya polusi udara di Ibu Kota sudah terjadi selama beberapa tahun terakhir. Namun, kata dia, Pemprov DKI Jakarta terkesan tidak serius mengatasinya. Padahal, Justin menilai Pemprov DKI Jakarta memiliki kemampuan finansial yang mumpuni dan kemampuan menegakkan peraturan.

"Gubernur kita sepertinya lupa terhadap masalah-masalah utama Jakarta seperti Polusi, Kemacetan, Banjir, Air Bersih, dan lain sebagainya, sehingga selama ini seolah cuma asyik bikin jalur sepeda, warna cat genteng, atau balap-balapan saja," kata Justin kepada wartawan, Senin, 20 Juni.

Karenanya, Justin mendesak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk segera memperbanyak uji emisi gratis diperbanyak baik untuk kendaraan di Jakarta atau kendaraan dari daerah Bodetabek yang masuk ke Jakarta.

"Berdasarkan data BPS Tahun 2021, ada sekitar hampir 20 juta kendaraan yang ada di Jakarta. Angka ini sangat besar sebagai salah satu penyumbang emisi di Jakarta. Kita harus tegas, semua kendaraan yang menghasilkan polutan diluar ambang batas tidak semestinya dibiarkan," ucap dia.

Selain itu, Justin juga meminta untuk DLH melakukan pengecekan AMDAL dari semua pabrik dan tempat usaha yang menghasilkan polusi udara di Jakarta, termasuk melakukan penindakan untuk pelaku usaha yang menghasilkan polutan diluar batas aman.

"Perlu juga bekerja sama dengan daerah penyangga, karena polusi udara tidak memiliki batasan wilayah," tutur Justin.

Melansir dari laman resmi IQ Air di Jakarta, kualitas udara ibu kota masuk kategori tidak sehat karena konsentrasi PM2.5 saat ini 27,4 kali dari nilai pedoman kualitas udara tahunan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Konsentrasi PM2.5 di Jakarta berada pada angka 136,9 gram per meter kubik.

PM2.5 mengacu pada materi mikroskopis tertentu dengan diameter 2,5 mikrometer atau kurang, dengan berbagai efek merugikan pada kesehatan manusia dan lingkungan, dan karena itu merupakan salah satu polutan utama yang digunakan dalam menghitung kualitas udara kota atau negara secara keseluruhan.

Berdasarkan analisa BMKG, konsentrasi PM2.5 yang tinggi di Jakarta dipengaruhi oleh berbagai sumber emisi baik yang berasal dari sumber lokal, seperti transportasi dan residensial, maupun dari sumber regional dari kawasan industri dekat dengan Jakarta.