Pengusaha Walet Diminta Pemkot Banjarmasin Jujur Bayar Pajak
BANJARMASIN - Pemerintah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan meminta para pengusaha sarang burung walet jujur membayar pajak sesuai hasil panen.
Kepala Badan Keuangan Daerah Kota Banjarmasin H Edy Wibowo mengatakan target pendapatan asli daerah (PAD) disektor pajak sarang burung walet selalu sulit dicapai.
Padahal, kata dia, target PAD untuk sarang burung walet terus diturunkan, bahkan tahun ini hanya dipatok sekitar Rp400 miliar.
Sesuai Perda nomor 3 tahun 2016 tentang tentang pajak sarang burung walet, setiap panen dipungut pajak sebesar 10 persen.
Menurut Edy, banyaknya sarang burung walet yang ada di kota ini dirasa tidak sesuai dengan hasil pajak yang diterima pemerintah kota, karena diduga para pengusaha sarang walet tidak jujur melaporkan hasil panen.
"Inilah yang tengah kita kejar, kita serius mengawasi sektor usaha sarang walet ini," tuturnya dilansir Antara, Rabu, 8 Juni
Edy mengungkapkan, untuk memaksimalkan pemungutan pajak sarang walet ini, pihaknya pun sudah membentuk tim, hingga melibatkan pihak kelurahan.
"Kita data ulang lagi jumlah sarang burung walet di kota ini," ujarnya.
Baca juga:
- Presiden Putin Kehilangan Dua Komandan Paling Seniornya dalam Sehari, Ini 12 Jenderal Rusia yang Tewas Sejak Menginvasi Ukraina
- Angkut Sejumlah Dokumen Usai Geledah 3 Lokasi di Yogyakarta, KPK Juga Temukan Catatan Khusus dari Haryadi Suyuti Soal Penerbitan IMB
- Disetujui DPRD, Anak Buah Anies Targetkan Integrasi Tarif Transjakarta-MRT-LRT Rp10 Ribu Diterapkan Akhir Juni
Sebab, sambung Edy, data yang dimiliki pemerintah kota tidak sinkron lagi sesuai di lapangan, hingga harus diperbaharui.
"Kita sinkronisasi dengan dinas ketahanan pangan, pertanian dan perikanan kota dan juga dengan organisasi pengusaha sarang walet di provinsi ini," tutur Edy.
"Sebab data yang dilaporkan dengan kita dan di lapangan rasanya berbeda jauh, inilah yang mau kita kejar dulu," ucap Edy.
Dia mengakui, tidak mudah untuk menertibkan pembayaran pajak sarang walet ini, sebab banyak pemiliknya berada di luar kota, bahkan tinggal di pulau Jawa.
"Jadi kita tidak tahu betul kebenaran berapa kali setahun mereka panen, berapa besarnya, inilah kejar kejujuran mereka," papar Edy.