Terlalu Berisiko, Presiden Jokowi Diyakini Tak Ganti Menteri dari NasDem Bila Reshuffle Dilakukan
JAKARTA - Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS, Arya Fernandes menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak terpengaruh koalisi yang baru terbentuk bila benar reshuffle kabinet terealisasi seperti kabar yang berembus. Arya menyebut Jokowi akan lebih berhati-hati untuk merombak kabinetnya kali ini.
"Presiden pasti akan sangat berhati-hati sekali untuk melakukan reshuffle karena beberapa hal. Pertama, sisa masa pemerintahan Jokowi yang lebih kurang tinggal satu sampai 2 tahun," ujar Arya dalam diskusi secara daring, Rabu, 8 Juni.
Arya mengatakan, terlalu berisiko bagi presiden untuk mereshuffle pihak-pihak yang bisa mengganggu dukungan di parlemen. Misalnya, kata Arya, mereshuffle menteri dari Partai NasDem apabila partai besutan Surya Paloh itu membentuk poros koalisi baru.
"Jadi mereshuffle NasDem, misalnya membentuk koalisi lain, saya kira hampir kecil akan dilakukan, apalagi mereshuffle NasDem tanpa memberikan konsesi politik," jelas Arya.
"Dugaan saya tidak akan dilakukan presiden karena pertama, terlalu berisiko bagi stabilitas politik dan dukungan partai di parlemen," imbuhnya.
Baca juga:
- Presiden Putin Kehilangan Dua Komandan Paling Seniornya dalam Sehari, Ini 12 Jenderal Rusia yang Tewas Sejak Menginvasi Ukraina
- Angkut Sejumlah Dokumen Usai Geledah 3 Lokasi di Yogyakarta, KPK Juga Temukan Catatan Khusus dari Haryadi Suyuti Soal Penerbitan IMB
- Disetujui DPRD, Anak Buah Anies Targetkan Integrasi Tarif Transjakarta-MRT-LRT Rp10 Ribu Diterapkan Akhir Juni
Kedua, lanjut Arya, Presiden Jokowi pasti akan memberikan kesempatan kepada partai apapun untuk membentuk koalisi.
"Jadi dugaan saya, presiden berada di tengah dalam perilaku partai. Jadi tidak membatasi kemungkinan partai membangun skenario atau bertemu dengan partai mana pun. Dan koalisi adalah parpol secara bebas aktif," kata Arya.