Sebut AS Mengarang Informasi Palsu Soal Pangkalan Militernya di Kamboja, China: Teror Psikologis Klasik
JAKARTA - Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan, Amerika Serikat sedang mengarang informasi palsu tentang pembangunan pangkalan militer Beijing di Kamboja, untuk menekan otoritas negara itu.
"Sejauh yang saya tahu, Kamboja telah mengomentari laporan ini. Kamboja telah mengindikasikan, konstitusinya tidak mengizinkan pembangunan pangkalan militer asing di wilayahnya," jelas Zhao Lijian, melansir TASS 8 Juni.
"AS mengabaikan posisi pihak Kamboja, membuat spekulasi jahat, merendahkan, bahkan mengancam dan menekan negara ini. Ini teror psikologis klasik," tegas diplomat itu.
Lebih jauh dia mencatat, China dan Kamboja adalah mitra, dan kerja sama mereka transparan dan rasional. Sementara di sisi lain, ia mengatakan AS memiliki ratusan pangkalan militer di luar negeri, selalu ikut campur urusan internal negara lain.
"AS memiliki 800 pangkalan di luar negeri, dan anggaran militernya kira-kira sama dengan pengeluaran pertahanan sembilan negara berikutnya digabungkan," kritik juru bicara kementerian luar negeri China.
"AS ikut campur dalam urusan internal negara lain pada setiap kesempatan, dan pesawat tempur dan kapalnya mengayunkan pedang di depan pintu negara lain. Siapa yang kemudian membahayakan keamanan dan stabilitas global dan regional, yang menyebarkan informasi palsu? ? Semua orang tahu itu," Zhao Lijian menyimpulkan.
Diketahui, The Washington Post melaporkan pada hari Senin, mengutip sumbernya sendiri, China diam-diam membangun fasilitas untuk Angkatan Lautnya di Kamboja. Menurut surat kabar itu, kedua negara berusaha menyembunyikan informasi ini.
Surat kabar itu juga menunjukkan, China mengharapkan untuk mempertahankan kehadirannya di bagian utara Pangkalan Angkatan Laut Ream Kamboja di Teluk Thailand. Menurut Washington Post, peletakan batu pertama, yang akan dihadiri oleh perwakilan dari kedua negara, akan diadakan pada hari Kamis. Ini akan menandai awal dari renovasi dan perluasan pangkalan, yang hanya akan digunakan oleh China.
Baca juga:
- Sudah Dilarang Presiden Putin tapi 600 Wajib Militer Rusia Tetap Dikirim ke Ukraina, 12 Perwira yang Bertanggungjawab Dihukum hingga Pemecatan
- Jerman Belum Akui Taliban Penguasa Sah Afghanistan, Menlu Baerbock: Situasinya Mengerikan
- Pertempuran Berdarah Pecah di Jalanan Sievierodonetsk, Presiden Zelenksy Pastikan Pasukannya Rebut Kembali Wilayah yang Diduduki Rusia
- Baru Dikasih Norwegia dan Amerika Serikat, Artileri hingga Howitzer M777 Ukraina Dihancurkan Pasukan Rusia
Sebelumnya, The Wall Street Journal melaporkan pada 2019, mengutip sumber, bahwa China dan Kamboja telah menandatangani perjanjian rahasia yang memberi militer RRC hak eksklusif untuk menggunakan pangkalan Ream selama 30 tahun.
Menurut Washington Post, seorang pejabat China mengkonfirmasi kepada publikasi akhir pekan lalu, bahwa militer dan ilmuwan RRT akan menggunakan bagian dari pangkalan itu. Satu-satunya pangkalan militer luar negeri China adalah di Djibouti.