Kremlin Sebut Presiden Putin dan Zelensky Bisa Bertemu untuk Selesaikan Dokumen, China Minta Barat Berhenti Picu Konflik di Ukraina

JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin disebut dapat menemui Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk menyelesaikan dokumen, sementara China meminta Barat berhenti memicu konflik.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, Presiden Putin dan Presiden Zelensky dapat bertemu untuk menyelesaikan dokumen tertentu, namun kedua belah pihak telah menunda pekerjaan tersebut sejak lama.

"Tidak ada yang bisa mengecualikan pertemuan seperti itu secara apriori, tetapi pengaturan untuk itu harus dibuat. Putin dan Zelensky dapat bertemu hanya untuk menyelesaikan dokumen tertentu, namun pengerjaannya sudah lama ditangguhkan dan tidak pernah dilanjutkan lagi," terang Peskov seperti dikutip dari TASS 2 Juni.

Menanggapi pertanyaan tentang apakah kunjungan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov ke Turki pada 8 Juni, akan terkait dengan pertemuan potensial di Istanbul antara Moskow, Kiev dan PBB, Peskov mengatakan itu akan menjadi peristiwa "konteks tunggal".

"Oleh karena itu, memang ada hubungan tidak langsung antara peristiwa itu. Namun masih belum ada visi yang jelas mengenai pertemuan itu," tandas Peskov.

Juga tidak ada indikasi kunjungan potensial Presiden Putin ke Turki, tambah Peskov.

"Ada undangan, dan waktunya akan disepakati melalui saluran diplomatik," tukasnya tanpa memberikan tanggal pastinya.

Terpisah, China menentang kebijakan Amerika Serikat dan sejumlah negara Barat terkait hasutan konflik di Ukraina, menganggap perlu untuk menghentikan peningkatan tekanan terhadap Rusia melalui sanksi sepihak.

"Mengenai situasi di Ukraina, China bersikeras bahwa AS dan negara-negara Barat lainnya berhenti mengobarkan api, berhenti meningkatkan sanksi sepihak (terhadap Rusia)," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian.

Lebih jauh diplomat China menunjukkan, Beijing "berusaha menggunakan berbagai saluran" untuk mempertahankan kontak dengan semua pihak yang berkepentingan.

"Kami menyerukan gencatan senjata dan mengakhiri permusuhan," diplomat itu menggarisbawahi.