Arkeolog Temukan Lorong-lorong di Kuil Peru Berusia 3.000 Tahun
JAKARTA - Sebuah tim arkeolog berhasil menemukan jaringan lorong di bawah kuil berusia lebih dari 3.000 tahun di Andes, Peru.
Kuil Chavin de Huantar, yang terletak di utara-tengah Andes, pernah menjadi pusat keagamaan dan administrasi bagi orang-orang di seluruh wilayah.
Lorong-lorong itu ditemukan lebih awal pada Bulan Mei dan memiliki fitur yang diyakini telah dibangun lebih awal dari galeri labirin kuil, menurut John Rick, seorang arkeolog di Universitas Stanford yang terlibat dalam penggalian.
Terletak 3.200 meter di atas permukaan laut, setidaknya 35 lorong bawah tanah telah ditemukan selama bertahun-tahun penggalian, yang semuanya terhubung satu sama lain dan dibangun antara 1.200 dan 200 tahun Sebelum Masehi di kaki Pegunungan Andes.
"Ini adalah lorong, tetapi sangat berbeda. Ini adalah bentuk konstruksi yang berbeda. Ini memiliki fitur dari periode sebelumnya yang belum pernah kita lihat di lorong," kata Rick, melansir Reuters 30 Mei.
Baca juga:
- Calon Komandan Pasukan NATO Pilihan Presiden Biden: Aksesi Finlandia dan Swedia Perkuat Aliansi, Geser Geometri Lawan Rusia
- Tantang Israel Soal Pawai Bendera di Yerusalem, Hamas: Mereka Dapat Menghindari Perang Jika Dihentikan
- Sindir Garis Pertahanan NATO Bisa Dipindahkan ke Laut China Selatan, Menlu Rusia: Aliansi Global akan Gagal
- Pacaran saat SMA dan Menikah 24 Tahun, Suami Guru yang Tewas dalam Penembakan SD di Texas Meninggal saat Menyiapkan Pemakaman sang Istri
Untuk diketahui, Chavin de Huantar, dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 1985, adalah inspirasi dan nama operasi yang dilakukan ketika angkatan bersenjata Peru membangun jaringan terowongan, untuk menyelamatkan 72 orang yang disandera oleh kelompok pemberontak Gerakan Revolusi Tupac Amaru (MRTA) di kediaman Duta Besar Jepang di Lima, Peru pada tahun 1997.